Diborong Konglomerat, Intip Kinerja Saham Emiten Rumah Sakit

Tanpa terasa pandemi Covid-19 sudah hampir dua tahun lamanya melanda seluruh dunia. Perubahan jelas terjadi terutama dalam hal hubungan sosial. Jika biasanya banyak orang berkumpul di luar ruangan, saat ini semua harus rela dibatasi dan berjauhan menggunakan masker. Namun meskipun banyak membuat muram, wabah corona justru jadi berkah bagi sejumlah saham rumah sakit.

Sabagai emiten sektor kesehatan, rumah sakit memang memang jadi incaran di pasar modal akhir-akhir ini karena kinerjanya yang cukup mentereng. Tak disalahkan karena selama pandemi Covid-19, masyarakat membutuhkan pusat-pusat kesehatan seperti rumah sakit untuk memperoleh kesembuhan. Hal ini akhirnya membuat geliat bisnis di rumah sakit begitu tumbuh subur.

Hal ini terbukti dari indeks IDX Health yang meskipun sejak awal tahun 2021 sudah menguat tipis dan masih kalah dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan), tapi masing-masing konstituen emiten kesehatan terus menghijau. Dilaporka Bisnis, selama tahun berjalan atau ytd (year to date), IDX Health yang memilii 22 konstituen emiten ini menguat sebesar 0,56%.

Menurut Reza Priyambada selaku Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia, IDX Health yang berisi emiten saham sektor kesehatan ini bakal tetap dibutuhkan. Apalagi dengan pandemi, banyak orang mulai peduli akan pentingnya kesehatan. Hanya saja khusus saham rumah sakit, masing-masing emiten harus siap dengan gelombang baru wabah corona dan ketersediaan bed occupancy ratio.

Baca juga: Horor Krisis Evergrande, Ada Properti China Gagal Bayar Lagi?

Misteri Pembelian Rp3 Triliun Saham Rumah Sakit

Melihat kinerja saham rumah sakit yang cukup memuaskan, tak heran kalau akhirnya kini para konglomerat negeri ini berbondong-bondong membelinya. Bahkan tidak hanya crazy rich asal Indonesia saja, investor asing rupanya juga mengincar emiten-emiten medis itu. Hal inilah yang sempat bikin heboh pasar modal pada 25 Oktober 2021 pekan lalu.

Dilaporkan CNBC Indonesia, terungkap bahwa saat IHSG mengalami koreksi hingga 0,27%, terjadi transaksi net buy alias beli bersih investor asing di pasar negoisasi. Jumlahnya pun tidak main-main yakni mencapai Rp3 triliun. Dari data perdagangan, emiten sektor kesehatan yang jadi incaran asing itu adalah PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) di sesi I.

Tercatat ada sebanyak 66,5 juta lot saham (66,5 miliar saham) CARE yang diborong asing lewat broker PT Maybank Kim Eng Sekuritas (ZP). Sedangkan untuk pihak penjual, transaksi dilakukan oleh broker PT Pacific Sekuritas Indonesia (AP) sebagai perantara. Jika nilai saham CARE sebesar Rp450 per lembar, maka nilai transaksinya memang mencapai Rp2,99 triliun.

Atas penjualan besar-besaran itu, pasar modal mencatat kinerja CARE pada pekan lalu ditutup meningkat jadi 0,44% ke level Rp456 per lembar saham. Cukup mengejutkan karena saat intraday, CARE ada di kisaran Rp442-Rp462. Dengan pembelian yang cukup besar pada CARE, sudah pasti pemilik saham mayoritas pasti ikut dilibatkan. Sekadar informasi, saat ini 69,92% saham CARE adalah milik PT Anugerah Kasih Rajawali.

Daftar Crazy Rich Pemilih Saham Rumah Sakit

Melihat bagaimana industri kesehatan masih akan memiliki masa depan yang cerah di kala pandemi Covid-19, tak bisa dipungkiri kalau para konglomerat pun terpikat memilikinya. Terbaru, Grup Emtek yang dimiliki oleh Keluarga Saariatmadja melakukan pembelian sebesar 66% saham pengelolaan rumah sakit RS Grha Kedoya milik PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK).

Pembelian ini dilakukan oleh Grup Emtek lewat anak perusahaan PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME). Tentu saja apa yang dilakukan pemilik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) ini akan sangat menarik dan melanjutkan kiprah crazy rich pemilik saham rumah sakit. Tak hanya Grup Emtek, sudah banyak orang-orang kaya lain yang berinvestasi di sektor kesehatan sebelumnya. Siapa saja? Intip ulasannya:

  • Keluarga Riady sebagai pemegang saham mayoritas di jaringan Rumah Sakit Siloam yang dikelola oleh PT Siloam Internasional Hospital Tbk (SILO)
  • Pengusaha Dato’ Sri Tahir adalah pemilik saham terbesar di jaringan Rumah Sakit Mayapada yang dikelola oleh PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ)
  • Boenjamin Setiawan dilaporkan sebagai penguasa saham jaringan Rumah Sakit Mitra Keluaga lewat PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA)
  • Pengusaha Edwin Soeryadjaya dan Menparekraf Sandiaga Uno dilaporkan memiliki portofolio saham rumah sakit. Emiten itu adalah jaringan Rumah Sakit Primaya Hospital yang berada di bawah naungan Awal Bros Group Hospital

Dari daftar saham rumah sakit itu, dilaporkan bahwa pemilik total aset terbesar adalah PT Siloam Internasional Hospital Tbk yang dimiliki keluarga Riady. Barulah kemudian berturut-turut diisi oleh PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk milik Boenjamin Setiawan, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk yang mengelola jaringan Rumah Sakit Mayapada dan terakhir milik Emtek lewat jaringan rumah sakit OMNI dan Kedoya.

Baca juga: First Jobber Mau Beli Saham? Simak Hal-Hal Berikut Ini!

Mengintip Kinerja 7 Saham Rumah Sakit

Melihat bagaimana banyak pebisnis tajir negeri ini saling berbondong-bondong membeli saham emiten rumah sakit, memang tidak ada yang menyalahkan. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, sektor kesehatan memang termasuk yang justru mengalami peningkatan omzet selama pandemi Covid-19. Apalagi hingga saat ini belum ada satupun orang di dunia yang bisa memastikan kapan wabah corona berakhis. Sehingga mengoleksi saham-saham rumah sakit dianggap memiliki keuntungan jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang.

Tertarik mengoleksinya sebagai portofolio? Ada baiknya Anda memahami ulasan singkat berikut ini, supaya tahu seperti apa kinerja saham emiten rumah sakit:

1. SILO – PT Siloam International Hospitals Tbk

Emiten saham rumah sakit yang pertama ini berasal dari Papan Utama. Berdiri pada tahun 1996, SILO tampaknya menjadi salah satu anggota IDX HEALTH yang mencatat kinerja positif sepanjang tahun. Terhitung sejak setahun, enam bulan, satu bulan hingga satu pekan terakhir, SILO tetap nyaman di zona hijau. Tercatat pada hari Jumat (19/11) siang ini, SILO ada di level 9.325 dan sudah menguat 2,19% sepanjang hari.

Memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp15,16 triliun, posisi terbaik SILO dalam setahun ke belakang terjadi pada 12 Juli ketika menyentuh level 10.725. Sedangkan posisi terburuknya pada 24 Maret lalu yakni terpuruk di level 4.600.

2. MIKA – PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk

Meskipun sama-sama merupakan emiten dari Papan Utama, tampaknya kinerja MIKA tidaklah sebaik SILO. Terutama jika melihat pergerakannya di lantai bursa dalam waktu enam bulan dan setahun terakhir, jaringan Rumah Sakit Mitra Keluarga yang sudah berdiri untuk kali pertama pada tahun 1989 ini masih ada di zona merah. Hanya saja untuk sebulan terakhir, memang bergerak ke area hijau.

Untuk hari Jumat (19/11) sendiri, MIKA tidak beranjak dari posisinya di level 2.340. Posisi terbaik MIKA sudah terjadi pada 2 Februari lalu di level 3.200. Sedangkan titik terendahnya di sepanjang tahun 2021 ini telah terjadi beberapa kali di bulan Oktober dan November. Di mana terakhir kali ambruk ke level 2.210 pada 10 November kemarin.

3. SRAJ – Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk

Emiten pemilik jaringan Rumah Sakit Mayapada ini juga sama-sama berasal dari Papan Utama dan memiliki total kapitalisasi pasar sebesar Rp5,23 triliun. Dibandingkan dua emiten sebelumnya, harga saham SRAJ memang lebih ‘murah’ yakni di bawah Rp500 per lembarnya. Namun tidak seperti MIKA, pergerakan saham SRAJ justru tercatat selalu ada di zona hijau baik setahun, enam bulan hingga sebulan ke belakang.

Hanya saja hingga hari Jumat (19/11) siang, pergerakan SRAJ justru sedikit ‘melempem’ karena melemah 2,68% alias 12 poin ke level 436. Kendati begitu harapan kalau SRAJ bisa melambung hingga ke level tertingginya lagi pada 7 Juli lalu yakni 530 tetap ada. Namun melihat pencatatan saham mereka di bulan November 2020 yang bahkan tidak mencapai lebih dari 140, tentu patut diapresiasi.

Baca juga: Untung-Rugi dan Tips Pakai Robot Trading Agar Tak Tertipu

4. SAME – Sarana Meditama Metropolitan Tbk

Emiten rumah sakit keempat yang layak untuk dibicarakan adalah SAME yang juga merupakan pemilik jaringan Rumah Sakit OMNI. Sebagai emiten saham Papan Pengembangan, total kapitalisasi pasar SAME ada di kisaran Rp7,33 triliun. Sudah berdiri pertama kali sejak tahun 1984, SAME mencatat saham mereka di level 428 pada hari Jumat (19/11) yang artinya tidak bergerak dari sebelumnya.

Tak sama dengan emiten-emiten saham rumah sakit yang sudah dibahas sebelumnya, SAME sebetulnya memiliki catatan buruk dalam pergerakan di lantai bursa, meskipun jika melihat dalam waktu setahun terakhir, ada di zona hijau. Posisi terbaik SAME sudah terjadi pada 15 Juli 2021 yakni di level 705, sementara posisi terburuknya justru tercatat tepat setahun lalu di level 122.

5. RSGK – PT Kedoya Adyaraya Tbk

Seperti namanya, RSGK adalah kode untuk emiten pemilik Rumah Sakit Grha Kedoya yang berlokasi di daerah Jakarta Barat tersebut. Berdiri pada tahun 1990, RSGK merupakan emiten yang berasal dari Papan Utama dengan total kapitalisasi pasar mencapai Rp1,55 triliun. Tidak terlalu berbeda pergerakannya dengan emiten lain dalam daftar, kinerja RSGK pada hari Jumat (19/11) memang cukup lesu yakni di level 1.670.

Bahkan kalau mau dibandingkan lagi, pergerakan RSGK baik untuk sebulan, enam bulan hingga setahun terakhir masihlah tak mau beranjak dari zona merah. Pencapaian di pekan ketiga bulan November 2021 ini bahkan tak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di awal Oktober lalu, yakni di level 1.665 yang kembali terulang pada pertengahan Oktober. Hanya saja dengan dibelinya saham RSGK yang dibeli oleh SAME dari grup EMTK, sepertinya harapan kalau saham mereka beranjak positif begitu besar.

6. HEAL – PT Medikaloka Hermina Tbk

HEAL adalah pemilik jaringan Rumah Sakit Hermina yang merupakan salah satu emiten keluarga besar IDX HEALTH yang layak dipertimbangkan. Berasal dari Papan Utama, HEAL memiliki kapitalisasi pasar yang cukup fantastis yakni Rp14,89 triliun. Untuk hari Jumat (19/11) ini saja, HEAL sudah mencatat kenaikan 0,50% dan mencapai level 1.000.

Kendati begitu yang wajib diperhatikan, kinerja HEAL dalam sepekan, sebulan, enam bulan hingga setahun terakhir cukuplah tidak menggembirakan karena ada di zona merah. HEAL bahkan ambruk parah dalam waktu sehari dari level 5.850 ke 1.170 pada akhir Juli 2021 kemarin.

Baca juga: Hal-Hal yang Wajib Diketahui Investor Soal Tapering Off dari The Fed

7. PRIM – PT Royal Prima Tbk

Sama seperti SAME, PRIM adalah emiten rumah sakit yang berasal dari Papan Pengembangan dan punya total kapitalisasi pasar sebesar Rp1,30 triliun. Mencatat pergerakan positif yakni menguat 1,60% atau enam poin pada hari Jumat (19/11) siang, PRIM kini ada di level 382. Dalam kurun waktu setahun, enam bulan, sebulan hingga sepekan terakhir, PRIM tetap stabil di zona hijau.

Posisi tertinggi PRIM sudah terjadi pada 7 Juli 2021 kemarin yakni di level 625, sebelum akhirnya berangsur turun kendati masih dalam pencatatan positif.

Bagaimana? Menarik sekali bukan membahas saham rumah sakit populer di Indonesia? Tentu saja bagi Anda yang berniat untuk melakukan pembelian pekan depan, bisa mencoba melakukan pertimbangan. Yang terpenting, pelajari fundamental perusahaan dan pelajari kondisi pasar modal serta perekonomian global. Semangat belanja saham!

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar