Saham Perusahaan Teknologi Bersiap Untuk Melejit

Sudah satu tahun ini kita mengetahui bahwa penggunaan teknologi berkembang dengan pesat. Ini juga mempengaruhi harga saham perusahaan teknologi seiring dengan keuntungan mereka yang semakin berlipat.

Seperti Google yang pada kuartal pertama tahun 2021 saja sudah mencatatkan keuntungan sebanyak USD 55 miliar. Dengan keuntungan sebanyak ini, tentu banyak orang yang ingin menjadi bagian dari pemilik saham Google. Apakah Anda salah satunya?

Tapi ternyata Google bukan pemuncak pasar saham di Amerika Serikat meski setiap hari ada banyak orang yang mengakses layanan Google. Pemuncak saham perusahaan teknologi pada bulan Juni ini adalah Microsoft.

Kinerja saham teknologi

Tren naiknya kapitalisasi saham perusahaan teknologi di Amerika Serikat disinyalir akan mempengaruhi negara – negara lain juga. Jika kita melihat Top 10 pasar saham di Indonesia, ada satu perusahaan teknologi yang menguntit dan sepertinya sudah siap mengambil ancang –ancang untuk melaju.

Pada posisi nomor 9 ada EMTK kode saham untuk perusahaan Emtek yang bergerak di bidang IT Solution, Telekomunikasi, dan Media.

Kemudian di posisi 10 ada DCII, perusahaan data center ini mencatatkan harga saham yang fenomenal sehingga mampu menduduki posisi di nomor 10. Jika kita lihat tabel di bawah, tidak ada harga saham dari kelompok Top 10 lain yang lebih besar dari DCII.

Top 10 Saham indonesia

Dilansir dari CNBC Indonesia, Saham emiten penyedia layanan data center milik pengusaha Toto Sugiri ini memang menjadi bintang baru di jagat bursa saham tanah air.

Bagaimana tidak, harga saham DCII naik belasan ribu persen dalam kurun waktu 6 bulan sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia. Sejak penawaran umum saham perdana pada bulan Januari dengan harga awal Rp 420, kemudian melesat 14.000% menjadi Rp 59.000/saham.

Kenaikan saham DCII sejak awal IPO berkaitan dengan euforia indeks teknologi (IDXTECHNO) yang pada awal tahun ini baru diluncurkan oleh BEI.

Saham ini semakin bergerak liar setidaknya dalam 2 pekan terakhir setelah diberitakan secara resmi bahwa bos Grup Indofood, Anthoni Salim, memborong saham DCII.

Namun karena gerak liarnya saham DCII, BEI pun melakukan suspensi terhadap saham DCII, terhitung mulai 16 Juni lalu. Hingga kini, saham DCII pun masih di suspen alias digembok oleh BEI dan belum diketahui kapan BEI membuka kembali suspensi saham DCII.

Fakta Singkat Saham DCII

Sejak awal melantai di Bursa Efek pada 6 Januari 2021, saham DCII terus melejit  ke atas hingga akhirnya melewati harga dua saham paling mahal di bursa Tanah Air, raksasa rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan bank swasta terbesar di RI, PT Bank Central Asia (BBCA) alias BCA.

Anda bisa lihat pada tabel, harga saham BBCA pada 27 Juni Rp31.150 sedangkan harga GGRM Rp 38.750. Sedangkan harga saham DCII ada pada posisi Rp 59.000.

Apabila tidak ada suspen dari BEI, tentu harga saham DCII ini bisa lebih melejit lagi. Dalam dunia saham, kita sering mendengar istilah “Go to the moon”, ini juga yang terjadi pada saham DCII.

Semenjak IPO pertama kali  saham ini hanya sebesar Rp 420/saham, kemudian meroket ‘to the moon’ 14.000% ke harga Rp 50.250/saham sebelum akhirnya disuspensi.

Meroketnya harga saham DCII ini membuatnya hanya butuh waktu 6 bulan untuk masuk ke jajaran big cap alias saham dengan nilai market cap di atas Rp 100 triliun. Saat ini market cap saham DCII tercatat sebesar Rp 141 triliun.

Peningkatan market cap ini salah satunya dipicu oleh aksi borong Bos Indofood Anthony Salim. Aksi borong saham ini sebenarnya hanya 11 persen dari total saham, namun bahkan 11 persen ini mencapai angka lebih dari 1 triliun.

Meski pemilik saham terbesar masih dipegang oleh Otto Toto Sugiri sebesar 29 persen, namun Anthony disebut –sebut sebagai investor eksternal terbesar saat ini.

Tentu aksi borong ini kemudian meningkatkan kepercayaan pasar dan memicu aksi beli yang signifikan. Dengan permintaan yang semakin banyak, tentu harga saham akan semakin meningkat.

Profil Perusahaan DCI Indonesia

DCI Indonesia

Meski kita melihat sekilas peningkatan yang sangat kilat dalam kapitalisasi saham, namun perjalanan perusahaan ini tidak bisa dibilang kilat, karena Otto Sugiri sudah memulai perusahaan ini sejak 2011.

DCI Indonesia berdiri pada 18 Juli 2011 sebagai pusat data Tier IV pertama di Asia Tenggara dan memulai kegiatannya secara komersial pada tahun 2013.

Mengutip dari situs resminya, www.dci-indonesia.com perusahaan ini bergerak dalam bidang industri penyedia jasa aktivitas penyimpanan data di Server (hosting) dan aktivitas terkait lainnya. Layanan jasa utama yang disediakan perusahaan yaitu berupa layanan ruang pusat data (colocation).

Sedangkan bidang usaha penunjang yang dijalankan DCII adalah bidang real estat yang dimiliki sendiri atau disewa.

Ini mencakup usaha pembelian, penjualan, persewaan dan pengoperasian real estat baik yang dimiliki sendiri maupun disewa, seperti bangunan apartemen, bangunan hunian dan bangunan non hunian.

Bidang usaha penunjang yang juga dijalankan DCII adalah aktivitas teknologi informasi dan jasa komputer seperti manajemen insiden hingga digital forensik.

Perusahaan juga menjalankan aktivitas konsultasi manajemen, hingga pengolahan data dan menjadi kantor pusat unit bisnis.

Berdasarkan profil di situs perusahaan, DCII didirikan oleh Toto Sugiri, yang merupakan alumni dari RWTH Aachen, salah satu kampus teknik di Jerman. Toto pun saat ini menjadi CEO DCI Indonesia.

Profil Saham Emtek

EMTEK

Elang Media Teknologi, begitulah nama perusahaan yang menaungi salah satu stasiun TV ternama yaitu SCTV. Anda pasti ada suka nonton FTV dan sinetron dari SCTV kan?

Ternyata eh ternyata, ada dua faktor penting kenapa kapitalisasi pasar saham Emtek bisa mencapai 150 triliun. Sehingga bisa menduduki Top 10 pasar saham di bulan ini.

Pertama, Melansir The Straits Times, perusahaan ride-hailing raksasa berbasis di Singapura yaitu Grab membeli saham Emtek sebesar 4,6% dengan nilai mencapai Rp 4 triliun. Grab mendapatkan dukungan dana segar dari Softbank dalam membeli saham grup perusahaan terbesar media dan teknologi itu.

Pada 5 April 2021, Emtek mengumumkan telah menyelesaikan penambahan modal dengan skema private placement senilai Rp 9,3 triliun. Sosok investor baru yang masuk adalah Naver Corporation, mesin pencari web terbesar di Korea Selatan, dan sebuah perusahaan investasi bernama H Holdings Inc.

Emtek mengatakan bahwa modal tambahan ini akan digunakan untuk mengembangkan bisnis di bidang pelayanan kesehatan dan ekonomi digital.

Kedua, ternyata ada imbas dari nama yang sama seperti pada DCII. Siapalagi kalau bukan Anthony Salim. Semenjak Maret 2021, dia tercatat memiliki saham sebesar 9,3 persen.

Padahal tahun lalu belum ada nama Anthony Salim sebagai daftar pemilik saham di atas 5 persen dari Emtek. Hal ini juga berkaitan dengan rencana pengembangan bisnis Emtek di bidang digital dan kesehatan.

Sepertinya Anthony Salim Bos Indofood ini melihat prospek cerah dari bisnis digital di Indonesia. Karena memang ekosistem digital dan kesehatan adalah yang masih bisa bertahan malah cenderung meningkat di tengah kondisi bisnis konvensional yang masih tidak menentu.

Langkah Anthony Salim ini menarik untuk diikuti bagi sobat sahamtop untuk bisa ikut mendapatkan cuan. Sepertinya perlu sering – sering update berita tentang Anthony Salim agar kita bisa tahu peluang dan potensi pasar saham. Hehe

Kita juga bisa belajar dari tren pasar saham di Amerika Serikat mengenai perusahaan teknologi yang sedang naik daun. Meski di Indonesia pasar saham perbankan masih merajai Top 10, namun tren kenaikan perusahaan teknologi perlu untuk diamati.

Anda bisa mengamati di bagian IDXTECHNO atau indeks saham khusus perusahaan teknologi yang baru saja rilis oleh BEI. Setidaknya ada dua perusahaan teknologi yang akan segera melantai di bursa saham pada awal Juli besok.

Dua perusahaan teknologi tersebut adalah Go-To alias gabungan dari Gojek-Tokopedia dan juga Bukalapak. Apakah Anda sudah menyisihkan tabungan Anda untuk segera melakukan investasi?

Jika belum, mumpung masih ada waktu beberapa hari atau mungkin minggu untuk menyambut kedua perusahaan tersebut di lantai saham. Juga jangan lupa untuk terus memantau berita mengenai pasar saham hanya di sahamtop.com.

Baca juga: Borong Saham MNC Bank, Intip 8 Kinerja Saham Ustaz Yusuf Mansur

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar