7 Emiten Saham Gocap yang Semakin Mahal, Layak Untuk Dibeli?

Bagi Anda pelaku pasar modal di BEI (Bursa Efek Indonesia), tentu pernah mendengar yang namanya saham gocap. Memang apa sih maksudnya?

Ternyata saham gocap itu merujuk pada emiten-emiten saham dengan harga Rp50 per lembar. Di mana Rp50 per lembar alias gocap itu adalah batas harga saham paling bawah yang boleh diperdagangkan di BEI. Bagaimana bisa emiten-emiten itu menjual sahamnya seharga gocap sementara ada saham-saham blue chip menembus puluhan ribu Rupiah?

Ternyata ada beberapa hal menjadi penyebabnya.

Dilansir Warta Ekonomi, saham-saham gocap bisa terjadi karena kinerja yang buruk pada emiten atau mengalami kasus. Namun bisa juga lantaran emiten mengalami tekanan jual terlalu tinggi, sehingga memunculkan sentimen negatif. Ketika nilai saham anjlok ke batas terendah, investor jelas sulit untuk menjualnya karena artinya saham itu tak lagi likuid.

Baca juga: Bagaimana Kebijakan Pemerintah Mampu Mempengaruhi Pergerakan Saham?

Apakah Investasi Saham Gocap itu Jelek?

pergerakan saham di BEI
© Lokadata

Kendati kebanyakan emiten dengan saham gocap dianggap buruk, faktanya ada beberapa yang memiliki fundamental cukup baik, tetapi perusahaan tengah tersandung kasus sehingga nasibnya tak menentu. Hal inilah yang membuat beberapa investor masih hobi berbelanja saham dengan nilai Rp50 per lembar itu sambil berharap fundamental emiten makin baik.

Namun tetap saja, peluang untung besar pada saham gocap juga berbanding lurus dengan potensi merugi. Belum lagi kalau nanti akhirnya BEI memutuskan delisting terhadap saham-saham itu, Anda jelas bakal gigit jari.

Hanya saja di masa pandemi Covid-19 ini, justru banyak emiten baru bermunculan dan menawarkan sahamnya di nilai Rp50 per lembar. Beberapa emiten yang baru saja melakukan penawaran saham publik perdana alias IPO (Initial Public Offering) dan ada di level batas terendah adalah TOPS, BAPI, CPRI, POSA, hingga AYLS, seperti dilansir Katadata.

Menanggapi ramainya emiten saham gocap, I Gede Nyoman Yetna selaku Direktur Penilaian Perusahaan BEI, meminta publik lebih waspada. Calon investor haruslah mempelajari dan memahami betul prospektus IPO emiten sehingga bisa memahami model bisnis, prospek usaha, manajemen, strategi usaha hingga risiko emiten sebelum membeli sahamnya.

7 Emiten Saham Gocap yang ’Naik Kelas’

Meskipun sering dianggap sebelah mata, faktanya ada beberapa emiten saham gocap yang berhasil ’naik kelas’ karena nilai sahamnya bangkit dari Rp50 per lembar. Kendati begitu, kondisi ini bukanlah jadi kewajiban kalau saham emiten-emiten tersebut langsung layak dikoleksi. Agar jadi pertimbangan, berikut tujuh di antaranya yang bisa Anda ketahui:

Baca juga: Apa itu Cum Date, Ex Date, Recording Date, dan Payment Date Dividen?

1. ZBRA – PT Zebra Nusantara Tbk

armada taksi Zebra Nusantara
© Ekonomi Bisnis

Berdiri pada tahun 1987, ZBRA adalah perusahaan yang bergerak di bidang transportasi taksi dan jasa serupa lainnya. Saham emiten asal Surabaya ini menjadi perhatian investor setelah diakuisisi kakak Hary Tanoesoedibjo, Rudy Tanoesoedibjo. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, ZBRA terus ada di zona hijau hingga akhirnya memuncaki top gainers pada Selasa (23/4) kemarin.

Dilaporkan pada penutupan sesi I hari Rabu (24/3), ZBRA menguat 40 poin (10,53%) dan kini ada di level 420. Pencapaian ini sangatlah fantastis karena artinya, ZBRA meningkat sebesar 120,93% dalam seminggu terakhir dan meroket 630,77% pada sebulan terakhir, seperti dilansir CNBC Indonesia. Emiten yang terkena ARA (Auto Reject Atas) ini punya nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp359,8 miliar.

2. BHIT – PT MNC Investama Tbk

gedung MNC

Mengikuti sang kakak, posisi kedua untuk saham gocap yang naik kelas datang dari emiten BHIT milik Hary Tanoesoedibjo. Perusahaan yang bergerak di bidang media, finansial, properti, transportasi hingga SDA (Sumber Daya Alam) ini melaporkan sahamnya menguat satu poin (1,79%) ke level 57 pada hari Rabu (24/3) siang.

Jika melihat kinerjanya selama enam bulan terakhir, BHIT baru saja merangkak dari nilai gocap pada 2 November 2020 di level 51. Pencapaian terbaik BHIT terjadi di level 79 (6 November 2020) meskipun anjlok lagi ke 66 (1 Desember 2020). Di tahun 2021 ini, level terendah BHIT ada di 52 (28 Januari) sedangkan pencapaian terbaiknya pada level 71 (4 Maret).

3. INPC – PT Bank Artha Graha Internasional

Jika ZBRA mengalami ARA, INPC dilaporkan terkena ARB (Auto Reject Bawah). Dari daftar saham gocap yang naik ’kelas’, INPC adalah satu-satunya emiten perbankan. Bangkitnya INPC dari harga gocap terjadi pada 8 Oktober 2020 saat menguat ke level 52 hingga meroket ke level 74 (10 November 2020). Sementara itu di tahun 2021, INPC dibuka di level 69 (4 Januari).

Baca juga: 11 Daftar Saham Blue Chip Indonesia Tahun 2021

Peningkatan besar-besaran INPC terjadi pada 3 Maret yang meroket ke level 320, sehingga membuat BEI langsung melakukan suspensi sehari kemudian. Hanya saja saat suspensi dibuka, emiten INPC justru anjlok ke level 298 (16 Maret). Pada Rabu (24/3) siang, INPC dilaporkan melemah 14 poin (6,60%) dan berada di level 198.

4. ABBA – PT Mahaka Media Tbk

Mahaka Media

Selain ZBRA, saham gocap berikutnya yang begitu menarik perhatian adalah ABBA. Dari namanya saja, Anda tentu tahu kalau emiten yang satu ini adalah milik Menteri BUMN, Erick Thohir. Yap, 61% saham ABBA dimiliki oleh PT Beyond Media Tbk yang hampir 100% sahamnya dikuasai oleh Erick. Selama bulan Maret 2021 ini, ABBA mencuri perhatian karena harganya meroket.

Baru beranjak ke level 51 pada 23 November 2020, ABBA menutup tahun kemarin di level 82 (30 Desember). Hingga akhirnya mencapai titik tertingginya pada level 194 (22 Maret 2021), meskipun pada Rabu (24/3) siang tak bergerak dan setia di level 190.

5. MARI – PT Mahaka Radio Integra Tbk

Apakah emiten MARI berkaitan dengan ABBA? Yap! MARI adalah anak perusahaan yang membuat nilai ABBA melambung. Baru saja merangkak ke level 51 pada 7 Desember 2020, sejak saat itu MARI terus meroket hingga stagnan di level 256 sejak 10 Maret 2021, hingga saat ini. Apa yang membuat MARI membuat peningkatan harga saham ABBA jadi di luar kebiasaan?

Lewat siaran Public Expose insidentil pada Selasa (23/3) kemarin, Adrian Syarkawi selaku Direktur Utama ABBA menyebutkan jika MARI tengah melakukan penguatan bisnis lewat aplikasi digital bernama NOICE, seperti dilansir Bisnis. Selain itu MARi dari sisi holding usaha baru saja melakukan joint venture dengan PT Trinugraha Thohir dan PT Kreasi Karya Bangsa.

6. VIVA – PT Visi Media Asia Tbk

studio tvOne
studio tvOne

Emiten saham gocap berikutnya hadir dari industri media yakni VIVA. Didirikan oleh Anindya Bakrie pada tahun 2004, VIVA dikenal publik sebagai pemilik dua stasiun TV swasta populer, antv dan tvOne. Memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp922 miliar, Viva dilaporkan melemah 4 poin (6,67%) pada Rabu (24/3) siang ke level 56.

Dalam kurun waktu enam bulan terakhir, pergerakan VIVA di lantai bursa memang tidak terlalu mengejutkan. Tercatat tiga kali kenaikan signifikan yakni pada level 61 (26 November 2020), 56 (17 Desember 2020) dan 78 (17 Maret 2021).

Baca juga: Apa Itu Indeks Saham LQ45? Tujuan, Kriteria dan Kabar Terbarunya

7. PPRO – PT PP Properti Tbk

© mediabumn

Saham gocap terakhir yang beranjak dari harga batas terendah adalah PPRO yang merupakan perusahaan di bidang real estate. Pengembang superblok Suramadu ini disebut memiliki kapitalisasi pasar Rp4,75 triliun. Dalam waktu enam bulan terakhir, titik tertinggi PPRO terjadi pada 7 Desember 2020 yang ada di level 119, padahal PPRO setia di level 50 hingga 13 November 2020.

Membuka tahun 2021, PPRO justru perlahan melemah meskipun masih ada di zona hijau hingga mencapai level 71 (29 Januari). Melambung hingga level 87 (1 Maret), PPRO tidak bergerak di level 77 pada hari Rabu (24/3) siang.

Kesimpulan

Tentu jika melihat pergerakan emiten-emiten tersebut di lantai bursa, bisa disimpulkan bahwa saham gocap memang belum terbukti sangat menguntungkan. Namun jika mempertimbangkan pengelola dan tujuan bisnis ke depan, bukan tak mungkin kalau emiten-emiten itu bakal bisa melambungkan nilainya di masa depan. Kini tergantung Anda, niat beli?

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar