Harga Batu Bara Panas Lagi, Tertarik Beli 7 Saham Emiten Tambang Ini?

Sejak awal tahun ini, batu bara memang kembali menjadi salah satu yang begitu menarik perhatian investor. Kenapa begitu? Karena harga kontrak futures (berjangka) untuk batu bara termal ICE Newcastle terus merangkak naik. Tentu saja sedikit banyak ikut mempengaruhi sentimen pelaku pasar dan mulai melirik saham emiten tambang.

Dilaporkan pada penutupan perdagangan hari Senin (22/3) kemarin, harga kontrak batu bara termal yang aktif diperjual belikan kembali meningkat 4,9% dan kini jadi US$98,4 per ton. Tentu saja ini cukup mengejutkan karena pekan sebelumnya, Bloomberg melaporkan jika harga batu bara untuk kontrak pengiriman April 2021 ditutup pada level US$87,95 per ton hari Selasa (16/3).

Harga batu bara itu disebut sudah naik 7,98% sejak akhir Februari lalu. Coba bandingkan dengan harga akhir Januari 2021, batu bara masih di level US$81,45 per ton. Menurut Dessy Lapagu selaku analis Samuel Sekuritas kepada Kontan, pergerakan harga batu bara tahun ini akan lebih stabil dibandingkan 2020 silam karena ekspektasi positit terharap pemulihan ekonomi.

Baca juga: IHSG Memerah, Inilah 10 Emiten Saham yang Diburu Investor Asing

Apa Penyebab Harga Batu Bara Meningkat?

ilustrasi penambangan batu bara
© vecteezy/Graphics RF

Dessy menjelaskan bahwa konsumsi batu bara di China dan Asia Timur yang makin baik juga mempengaruhi kinerja positif si batu hitam ini. Senada dengan Dessy, Reza Priyambada selaku analis CSA Research Institute juga menambahkan kalau ke depannya permintaan batu bara akan terus meningkat, seiring dengan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Pabrik-pabrik dan pembangkit listrik yang mulai kembali normal seiring dengan vaksinasi corona secara masif, sudah pasti membuat permintaan batu bara kembali normal. Karena memang mau bagaimanapun, belum ada energi terbarukan yang bisa dipakai lebih efisien dan efektif, selain batu bara yang membuat komoditas ini masihlah penting bagi umat manusia.

Dilansir Bisnis, Henry Wibowo dan Ajay Mirchandani selaku analis JP Morgan Indonesia menyebutkan kalau harga batu bara akan tetap membara dalam jangka pendek, karena tingginya permintaan. Bukan tak mungkin kalau ekspor batu bara Indonesia ke China bisa menembus 50 juta ton.

Saham Emiten Tambang yang Layak Dilirik Saat Batu Bara Makin Mahal

Dengan naiknya harga batu bara global, saham emiten tambang di Indonesia sepertinya ikut berdampak positif termasuk menaikkan rata-rata harga jual alias ASP (Average Selling Price). Hanya saja kenaikan dilansir CNBC Indonesia, kenaikan ASP ini tidak berarti laba ikut membaik. Karena laba operasional perusahaan tergantung pada efisiensi biaya saat menambang.

Baca juga: Inilah 8 Rekomendasi Saham Saat IHSG Ambruk, Layak Dibeli!

Secara teori, laba perusahaan yang meningkat, akan membuat setoran dividen sudah pasti meningkat juga dan berimbas kepada naiknya harga saham emiten tersebut. Nah sebagai pertimbangan, yuk kita intip kinerja beberapa saham emiten tambang di BEI (Bursa Efek Indonesia):

1. ADRO – PT Adaro Energy Tbk

ADRO

Saham emiten tambang pertama yang bisa mulai dilirik adalah ADRO. Perusahaan dengan bidang usaha utama pertambangan baru bara (coal mining) ini adalah perusahaan batu bara terbesar kedua di Indonesia, tapi justru punya kapitalisasi pasar tertinggii mencapai Rp40,14 triliun. Berdiri pada tahun 1982, ADRO saat ini berpusat di Bandar Lampung.

Untuk nilai sahamnya sendiri, pada Rabu (24/3) siang dilaporkan melemah 45 poin (3,46%) dan ada di level 1.255. Di tiga bulan pertama 2021 ini, ADRO masih belum bisa lagi kembali ke titik tertingginya 1.525 (11 Januari 2021) atau bahkan kembali ke level 1.570 (14 Desember 2020). Namun jika dibandingkan dengan tahun lalu, tentu lebih baik daripada level 1.110 (12 Oktober dan 4 November).

2. PTBA – PT Bukit Asam Tbk

mesin tambang PTBA
mesin tambang PTBA © PTBA

Mulai melantai di bursa pada 23 Desember 2002, PTBA termasuk salah satu saham emiten tambang yang selalu diminati investor. Sebagai anak perusahaan Inalum, dalam kurun waktu enam bulan terakhir kinerja perusahaan yang memiliki sub sektor minyak dan gas ini memang masih di zona hijau.

Dilaporkan pada sesi I hari Rabu (24/3), nilai saham perusahaan energi dengan bidang usaha utama pertambangan batu bara ini melemah 40 poin (1,43%) jari 2.760. Sepanjang 2021 ini, PTBA mencatat level terendah pada 2.410 (3 Februari) dan yang tertinggi ada di 3.040 (13 Januari). Sejak 10 Maret lalu, PTBA perlahan merangkak dari level 2.600.

Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Indeks Saham yang Ada di Bursa Efek Indonesia

3. UNTR – PT United Tractors Tbk

Distributor peralatan berat terbesar di Indonesia ini tampaknya ikut jadi perhatian di kala harga batu bara terus meningkat. Hanya saja, kinerja UNTR dalam enam bulan terakhir justru masih di zona merah. Sepanjang tiga bulan pertama 2021 ini saja, UNTR belum bisa kembali ke level tertingginya yakni 28.275 (21 Desember 2020).

Satu-satunya raihan terbaik UNTR adalah pada 8 Februari 2021 di level 24.325. Tapi jika melihat lebih jauh lagi, tentu lebih baik daripada raihan 2 November 2020 di level 20.450. Untuk pantauan hari Rabu (24/3) siang, UNTR melemah sebesar 225 poin (1,05%) jadi 21.225.

4. ITMG – PT Indo Tambangraya Megah

mesin tambang ITMG
mesin tambang ITMG © Bisnis

Tercatat sebagai anak perusahaan energi asal Thailand yakni Banpu, ITMG adalah salah satu saham emiten tambang yang cukup positif selama enam bulan terakhir. Berada di zona hijau, ITMG bahkan pernah menyentuh level 15.400 (14 Desember 2020). Cukup mengejutkan karena pada bulan September hingga November, nilai saham ITMG masih di level 8.050 – 8.475.

Di tahun 2021, ITMG memang sempat melemah jadi 13.475 (7 Januari) hingga 11.675 (3 Februari). Namun perlahan, ITMG mencoba untuk kembali bangkit meski masih cukup fluktuatif. Dilaporkan pada Selasa (24/3) siang, ITMG melemah 200 poin (1,58%) dan berhenti di level 12.450.

5. INDY – PT Indika Energy Tbk

Termasuk salah satu saham emiten tambang yang ikut ’memanas’ saat harga batu bara meningkat, INDY kini jadi perhatian investor juga apalagi dalam enam bulan terakhir, bertahan di zona hijau. Perusahaan energi dengan sub sektor minyak, gas dan batu bara ini dilaporkan punya kapitalisasi pasar mencapai Rp8,49 triliun.

Bernasib sama seperti ITMG, pergerakan nilai INDY pada tahun 2020 bahkan bisa dibilang menyedihkan. Terseok di level 530 (24 Maret), INDY bahkan butuh hampir lima bulan untuk ada di level 1.110 (10 Agustus). Titik tertinggi INDY ada pada 1.990 (21 Desember) dan 1.920 (13 Januari 2021). Sempat turun sejenak, INDY pada Rabu (24/3) melemah 80 poin (4,68%) ke level 1.630.

6. HRUM – PT Harum Energy Tbk

Harum Energy

Berdiri pada tahun 1995, HRUM beroperasi dan berinvestasi dalam bidang pertambangan batu bara. Sama seperti kebanyakan saham emiten tambang lainnya, pergerakan HRUM di lantai bursa sepanjang 2020 memang tak terlalu indah. Ada di level 1.625 (24 September), HRUM berakhir di level 2.980 (30 Desember).

Emiten ini mulai melonjak pada tahun 2021 yakni tepatnya ke level 3.350 (7 Januari) hingga mencapai titik tertingginya, 7.400 (22 Februari). Sangat fantastis, bukan? Hanya saja memasuki bulan Maret, HRUM perlahan anjlok hingga pada Rabu (24/3) siang melemah 75 poin (1,43%) ke level 5.175.

Baca juga: Inilah Indeks Saham Terpopuler di Indonesia, untuk Acuan Membeli Saham

7. PTRO – PT Petrosea Tbk

mesin Petrosea
© Kompas

Perusahaan publik yang bergerak di bidang Jasa Kontrak Pertambangan dengan sub sektor minyak, gas serta batu bara ini sudah berdiri sejak tahun 1972. Punya kapitalisasi pasar Rp1,88 triliun, emiten PTRO dilaporkan melemah 40 poin (2,11%) jadi 1.860. Namun kalau melihat pergerakan saham emiten tambang satu ini dalam waktu enam bulan terakhir, tetap ada di zona hijau.

PTRO dilaporkan ada di level 1.520 (24 September 2020) dan meraih posisi tertingginya pada 2.120 (1 Desember 2020). Dalam tiga bulan pertama tahun 2021, PTRO berhasil ke level 2.080 (11 Januari) dan sempat ambles ke 1.700 (28 Januari). Di sepanjang Februari dan Maret ini, PTRO sepertinya mengalami fluktuasi yang tidak terlalu berbahaya.

Kesimpulan

Tentu saja jika melihat kinerja saham emiten tambang, tidak ada yang mencetak hasil cukup signifikan. Namun tetap saja, imbas kenaikan harga batu bara global sepertinya ikut memberikan pengaruh. Seperti yang disebutkan sebelumnya, meningkatnya permintaan ekspor batu bara ke China, bisa saja membuat emiten-emiten di atas akan mencetak banyak laba ke depannya.

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar