Salah satu saham yang menjadi incaran para investor untuk menanamkan sahamnya di pasar modal Indonesia adalah saham dengan kode BBCA. Saham BBCA merupakan kode saham milik PT. Bank Central Asia Tbk (BCA) yang kini memiliki kantor pusat di Menara BCA, Grand Indonesia Jl. M.H Thamrin No. 1, Jakarta Pusat.
Saham BBCA memiliki daya tarik tersendiri untuk para investor. Ada beberapa alasan mengapa banyak investor mau menanamkan modalnya di saham BBCA.
Pertama, karena Bank BCA merupakan salah satu Bank Swasta terbesar di Indonesia yang memiliki fundamental yang baik. Selain itu, BBCA juga masuk kedalam jajaran saham dengan kapitaliasasi pasar tertinggi di BEI.
Kemajuan Bank BCA juga bisa terlihat dari banyaknya anak perusahaan yang berhasil dikembangkan. Saat ini Bank BCA sudah memiliki 10 anak perusahaan. Sebagai investor kita perlu mengenal perusahaan yang akan kita beli sahamnya.
Sebelum mengulas lebih dalam, mari kita bahas anak perusahaan yang telah berhasil dikembangkan BCA hingga saat ini. Berikut adalah daftar anak perusahaan Bank BCA beserta besaran aset total dan persentasenya!
No | Nama Perusahaan | Jenis | Aset Total | Persentase |
1 | PT. BCA Finance | Pembiayaan investasi, modal kerja, pembiayaan multiguna, sewa operasi, kegiatan pembiayaan lain berdasarkan persetujuan instansi yg berwenang | 8.151.864 | 100 % |
2 | PT. BCA Finance Limited | Money lending dan remittance | 875.306 | 100 % |
3 | PT. Bank BCA Syariah | Perbankan syariah | 6.117.211 | 100 % |
4 | PT Asuransi Jiwa BCA | Asuransi Jiwa | 824.828 | 90 % |
5 | PT Asuransi Umum BCA (BCA Insurance) | Asuransi umum atau kerugian | 1.133.793 | 100 % |
6 | PT BCA Sekuritas | Perantara perdagangan efek dan penjamin emisi efek | 641.465 | 90 % |
7 | PT Central Capital Ventura | Modal ventura | 206.253 | 100 % |
8 | PT Central Sejahtera Insurance | Perasuransian (asuransi umum atau asuransi kerugian) | 395.276 | 100 % |
9 | PT Central Santosa Finance | Pembiayaan investasi, modal kerja, pembiayaan multiguna, sewa operasi, keg pembiayaan lain brdsrkn persetujuan instansi yg berwenang | 1.564.387 | 100 % |
10 | PT Dinamika Usaha Jaya | Perantara efek, Penjamin Emisi Efek, dan Manager Investasi | 299.663 | 75 % |
Sejarah Awal BBCA

Bank BCA di dirikan oleh Sudono Salim pada tanggal 27 Februari 1957 dengan Bank Central Asia NV.
Sudono Salim sendiri juga merupakan pendiri Salim Group, yakni sebuah bisnis konglomerasi yang memiliki berbagai bisnis besar besar di Indonesia. Misalnya Indomobil, Indomart, Indogrosir, Indomilk, Indocement, Indofood dll.
Salah satu tokoh penting yang ikut berperan dalam kesuksesan BCA pada hari ini adalah Mochtar Riady sang pemilik Lippo Group.
Dulu Mochtar Riady sudah dikenal di dunia perbankan karena telah sukses membesarkan bank-bank di Indonesia seperti Bank Buana dan Bank Panin. Pada tahun 1991 Mochtar Riady memutuskan untuk lepas dari BCA dan fokus mengembangkan berbagai bisnis di Lippo Group.
Bank sebesar BCA pun pernah mengalami masa-masa kritis dan hampir bangkrut. Pada tahun 1997-1998, Indonesia tengah menghadapi krisis moneter dan politik. Waktu itu sebesar 32% saham BCA dimiliki oleh keluarga presiden Suharto.
Dengan krisis politik yang terjadi, hal ini lah yang membuat kepercayaan nasabah kepada bank BCA menurun, ditambah lagi kabar meninggalnya pimpinan BCA membuat terjadinya penarikan uang nasabah dari bank BCA secara besar-besaran.
Pada saat itu tanggungan yang harus di tanggung oleh salim group adalah sebesar 35 Triliun Rupiah. Akhirnya BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) mengambil alih BCA, kemudian pada akhir tahun 1998 kondisi BCA mulai membaik, dan pada tahun 2000 Bank BCA sudah bisa berjalan normal kembali dan mulai menjadi perusahaan Go Public.
Saham BBCA tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 31 Mei 2000. Dalam Penawaran umum saham perdana (IPO) BBCA melepas sahamnya sebesar Rp.2.943.986.000 dengan harga saham perdananya yakni Rp. 500/lembar.
Kini Bank BCA sudah berdiri selama 63 tahun di Indonesia. Namun kepemilikan saham kini berubah. Melalui konsorsiumnnya, pada September 2007 lebih dari 51% saham BCA di miliki oleh Djarum yang merupakan salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia.
Historis Fundamental BBCA

Salah satu hal yang penting di perhatikan untuk para investor tentu saja di sisi fundamental perusahaan yang mengeluarkan sahamnya. Bank BCA bisa dikatakan merupakan perusahaan dengan angka pertumbuhan pendapatan yang bagus.
1. Net Interest Income (Pendapatan Bunga Bersih)
Pertumbuhan net interest income bank BCA termasuk bagus. Pertumbuhannya konsisten dari tahun ke tahun (selama 5 tahun terakhir), dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 9,1% setiap tahunnya. Hebatnya lagi, pada tahun 2018-2019 net interest incomenya naik hingga 12,1%.
Tahun | Net Interest Income (Rp) |
2015 | 35,8 Triliun |
2016 | 40,2 Triliun |
2017 | 41,8 Triliun |
2018 | 45,3 Triliun |
2019 | 50,8 Triliun |
2. Non Interest Income (Pendapatan Non Bunga)
Nah, pada pendapatan non bunga pun bank BCA masih konsisten bertumbuh pada 5 tahun terakhir. Rata-rata pertumbuhan non interest incomenya adalah sebesar 14,8%. Pada satu tahun terakhir yakni 2018-2019 pertumbuhannya pun mengalami percepatan dengan growth hingga 17,5%.
Tahun | Non Interest Income (Rp) |
2015 | 11,9 Triliun |
2016 | 13,5 Triliun |
2017 | 15,1 Triliun |
2018 | 17,7 Triliun |
2019 | 20,8 Triliun |
Selain itu porsi peningkatan pendapatan dari non bunga di Bank BCA juga semakin besar. JIka di tahun 2015 porsi pendapatan non bunganya adalah sebesar 25%, pada tahun 2019 sudah mencapai 29%. Hal ini merupakan sesuatu yang bagus mengingat bisnis perbankan kini juga sedang mengembangakan pendapatan dari bisnis non bunganya.
3. Penyaluran Kredit
Sebagai bisnis perbankan kredit yang di salurkan menjadi salah satu aspek terpenting. Sebesar 76% lebih pendapatan BCA di dapatkan dari Loan (pinjaman). Dalam hal ini, Bank BCA terlihat cukup bagus pertumbuhannya. Rata-rata pertumbuhan kredit adalah 11,7% pertahun (2015-2019).
Namun pada tahun 2018-2019 pertumbuhannya di bawah rata-rata yakni 9,5% namun hal itu masih dapat di bilang cukup baik, mengingat rata-rata pertumbuhan di industrinya (perbankan) adalah sebesar 6,1%.
Dalam hal segementasinya, BCA termasuk cukup merata. Di bawah ini adalah data presentase segmentasi dalam penyaluran kredit BBCA selengkapnya!
Penerima Kredit | Persentase |
Coporate | 39% |
Comercial & SME | 34% |
Consumer | 26% |
Sharia Financing | 1% |
Perkembangan Saham BBCA Hingga Kini

Pada tahun 2019, saham BBCA menjadi salah satu saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi di Bursa Efek Indonesia dengan nilai 752 Triliun Rupiah. Kemudian peringkat kedua di tempati oleh BBRI dengan 485 Triliun Rupiah, dan TLKM di peringkat ketiga dengan 405 Triliun. Lalu bagaimana dengan porsi pemegang sahamnya? Berikut adalah daftar pemegang saham BBCA!
Daftar Pemegang Saham
PT. Dwimuria Investama yang di miliki oleh pemilik Grup Djarum menjadi pemegang saham terbesar di BCA. Berikut adalah daftar pemegang saham BCA selengkapnya!
No | Pemegang Saham | Jenis | Jumlah (Rp) | Persentase |
1 | PT Dwimuria Investama Andalan | Lebih dari 5% | 13.545.990.000 | 54,94 % |
2 | Masyarakat | Kurang dari 5% | 11.109.020.000 | 45,06 % |
3 | Saham Treasury | Saham Treasury | 0 | 0% |
4 | Jahja Setiaatmadja | Direksi | 8.105.463 | 0,03 % |
5 | Armand Wahyudi Hartono Direksi | Direksi | 851.213 | 0 % |
6 | Henry Koenaifi | Direksi | 1.118.098 | 0% |
7 | Tan Ho Hien/Subur disebut juga Subur Tan | Direksi | 2.849.792 | 0,01 % |
8 | Suwignyo Budiman | Direksi | 7.556.800 | 0,03 % |
9 | Erwan Yuris Ang | Direksi | 1.319.131 | 0,01 % |
10 | Inawaty Handojo | Direksi | 229.405 | 0 % |
11 | Santoso | Direksi | 295.493 | 0 % |
12 | Lianawaty Suwono | Direksi | 274.186 | 0 % |
13 | Rudy Susanto | Direksi | 560.411 | 0 % |
14 | Vera Eve Lim | Direksi | 115.201 | 0% |
15 | Djohan Emir Setijoso | Komisaris | 22.200.121 | 0,09 % |
16 | Sumantri Slamet | Komisaris | 0 | 0% |
17 | Raden Pardede | Komisaris | 0 | 0% |
18 | Cyrillus Harinowo | Komisaris | 0 | 0% |
19 | Tonny Kusnadi | Komisaris | 1.217.653 | 0% |
Saham BBCA yang beredar di masyarakat beberapa di antaranya dimiliki oleh sejumlah pengusaha seperti Antoni Salim (Pemilik PT. Indofood), perusahaan-perusahaan di Singapore, HSBC, Prudential, dll.
Kronologis Pencatatan Saham BBCA
Bank BCA sebagai bank swasta yang sudah puluhan tahun berdiri di Indonesia telah mengalami berbagai dinamika setelah IPO. Dinamika tersebut terekam dalam pencatatan saham BBCA di bawah ini!
Tanggal | Tindakan Korporasi | Jumlah Saham Beredar (Rp) |
15 Mei 2001 | Stock split I dengan rasio 1:2 | 5.887.972.000 |
2001 | Saham yang diterbitkan dalam rangka program kompensasi manajemen berbasis saham (MSOP) | 5.945.997.000 |
2002 | Saham yang diterbitkan dalam rangka program kompensasi manajemen berbasis saham (MSOP) | 6.017.523.000 |
2003 | Saham yang diterbitkan dalam rangka program kompensasi manajemen berbasis saham (MSOP) | 6.131.134.500 |
8 Juni 2004 | Stock split II dengan rasio 1:2 | 12.262.269.000 |
2004 | Saham yang diterbitkan dalam rangka program kompensasi manajemen berbasis saham (MSOP) | 12.303.213.500 |
2005 | Saham yang diterbitkan dalam rangka program kompensasi manajemen berbasis saham (MSOP) | 12.319.101.500 |
2006 | Saham yang diterbitkan dalam rangka program kompensasi manajemen berbasis saham (MSOP) | 12.327.505.000 |
31 Januari 2008 | Stock split III dengan rasio 1:2 | 24.655.010.000 |
18 Sep 2019 | partialRelisting | 24.408.459.900 |
Kinerja Saham
Jika Anda membeli saham BCA sejak tahun 2009 dimana harga sahamnya adalah Rp. 3.300/lembar saham, hingga tahun 2019 lalu maka Anda telah mengantongi keuntungan lebih dari 740% sebab harga sahamnya sudah mencapai Rp. 28.175/lembar.
Dalam 5 tahun terakhir (2014-2018) BCA berhasil meningkatkan jumlah dividen secara konsisten. Rata-rata pertumbuhan dividen BBCA adalah sebesar 25,94%. Data selengkapnya dapat di lihat dari data yang tertera dalam tabel berikut.
Tahun | Dividen Tunai per Saham (Rp) |
2014 | 148,0 |
2015 | 160,0 |
2016 | 200,0 |
2017 | 255,0 |
2018 |
Ditengah pandemic covid 19 tahun 2020 ini IHSG mengalami keterpurukan. Saham-saham blue chip termasuk BBCA ikut terkena dampak. Pada 15 Mei 2020 sore hari kemarin, tercatat bahwa harga saham BBCA sebesar Rp. 23.925/lembar.
Namun demikian BBCA menjadi salah satu saham yang paling banyak ditransaksikan hingga penutupan perdagangan hari Jumat kemarin (15 Mei 2020). BBCA juga dikabarkan termasuk dalam saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing sebesar Rp 412,3 Milyar.
Baca juga :
Penutup
Demikian ulasan sejarah perusahaan dan saham BBCA sejak awal hingga saat ini. Banyak dinamika yang terjadi pada salah satu bank swasta terbesar di Indonesia ini yang mungkin dapat Anda jadikan pertimbangan. Setelah membaca sejarah saham BBCA diatas, apakah Anda tertarik membeli saham BBCA?