ARTO Melejit Usai ’Dibeli’ Gojek, Seperti Apa Kinerja Saham Bank Jago?

Layanan transportasi online terbesar di Indonesia, Gojek, baru-baru ini membuat gejolak tersendiri di BEI (Bursa Efek Indonesia). Kok bisa? Karena ekspansi bisnis yang dilakukan Gojek membuat saham Bank Jago melambung terus dalam beberapa bulan terakhir. Tak main-main, emiten bersandi saham ARTO itu masuk jajaran 10 emiten dengan kapitalisasi terbesar di BEI.

Dilansir Bisnis, market cap (kapitalisasi pasar) ARTO pada pekan terakhir Februari 2021 sudah mencapai Rp118,33 triliun. Kinerja luar biasa positif ini sebetulnya sudah terlihat sejak sepekan terakhir karena ARTO sudah naik sebanyak 42,48%. Sementara sepanjang tahun ini, ARTO melejit hingga 231,31%

Memang apa yang membuat saham Bank Jago itu bisa melambung gila-gilaan? Apa yang dilakukan Gojek sehingga menjadikan ARTO sebagai salah satu emiten paling banjir cuan? Ulasan lengkap berikut ini bisa Anda pertimbangkan jika memang ingin mengoleksi ARTO di dalam portofolio saham masing-masing.

Baca juga: Hal-Hal yang Bisa Menyebabkan Harga Emas Anjlok

Berkenalan dengan Bank Jago

Bank Artos, nama lawas Bank Jago
© inakoran

Sebagai lembaga keuangan yang lagi banyak dibicarakan, Bank Jago sebetulnya sudah berdiri di Bandung pada tahun 1992. Saat itu namanya masih Bank Artos Indonesia. Perubahan kepemimpinan di Bank Jago dimulai saat Jerry Ng dan Sugito Walujo melakukan akuisisi di tahun 2019 melalui Metamorfosis Ekosistem Indonesia dan Wealth Track Technology Limited.

Nilai akuisisi sebesar Rp243 miliar itu mewakili 51% modal dasar yang disetor perusahaan. Sekadar informasi, Jerry dan Sugito bukanlah orang asing dalam industri perbankan Indonesia. Jerry sempat menjabat sebagai Direktur Utama BTPN sementara Sugito adalah investor BTPN, sebelum akhirnya bank yang melahirkan produk Jenius itu dibeli Sumitomo Mitsui (SMBC).

Tiga tahun sebelum proses akuisisi, bank yang didirikan oleh Arto Hardy ini sudah melantai di BEI tepatnya tahun 2016. Tak heran kalau ketika Jerry dan Sugito masuk sebagai ’penguasa’ baru, kuat dugaan jika Bank Jago akan berubah menjadi bank digital seperti layanan Jenius. Setahun sejak pergantian kepemimpinan, Bank Jago pun mulai ’menghebohkan’ bursa.

Perkuat Ekosistem Bisnis, Gojek Miliki 22% Saham Bank Jago

logo Gojek

Semenjak ditinggalkan sang pendiri, Nadiem Makarim yang memilih menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, gurita bisnis Gojek sepertinya semakin meluas saja. Menutup tahun 2020, Gojek memilih memperkuat ekosistem bisnis dengan berinvestasi di sektor perbankan. Gojek resmi membeli lagi saham Bank Jago di pasar negosiasi pada pertengahan Desember 2020.

Baca juga: Mengenal Konsep Dasar Keuangan Time Value of Money

Menggunakan bendera PT Dompet Karya Anak Bangsa (DOKAB) yang melahirkan Gopay, Gojek melakukan pembelian 1,95 miliar saham ARTO dengan harga pelaksanaan Rp1.150. Dengan pembelian ini, kepemilikan DOKAB di ARTO melambung jadi 22,16% (2,4 miliar saham) setelah sebelumnya cuma 4,14% (449,14 juta saham).

Dari informasi yang ada, total transaksi pembelian saham Bank Jago pada Desember 2020 yang dilakukan DOKAB mencapai Rp2,25 triliun. Menurut Chaikal Nuryakin Ph.D selaku Ekonom Digital LPEM FEB UI, langkah ini merupakan strategi bisnis mendukung inklusi keuangan. Karena memang Gojek ingin membesarkan Gopay dan Bank Jago fokus sebagai bank digital.

Dilansir Liputan6, Fendy Susiyanto selaku pengamat pasar modal dari Finvesol Consulting, menilai kalau ekspansi bisnis Gojek ke perbankan digital adalah langkah tepat demi pertumbuhuan bisnis mereka sendiri. Seperti yang diketahui, Gojek kini memiliki ratusan ribu UMKM dan jutaan mitra pengemudi di seluruh Indonesia yang terhubung lewat Gopay.

Agar makin memperbesar kapasitas bisnis, jelas keberadaan perbankan sangatlah diperlukan oleh Gojek. Di lain pihak, Bank Jago diharap mampu membuka akses kepada masyarakat di seluruh Indonesia terhadap layanan bank digital seiring dengan gaya hidup serba online. Dengan daya jangkau Gopay mencapai 200 Kabupaten di seluruh Indonesia, tentu menjanjikan.

Teknologi Gopay memang bisa membuat inklusi keuangan makin cepat, tapi terbentur regulasi lantaran Gopay bukanlah institusi perbankan. Dengan fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan populasi masyarakat belum terjangkau perbankan terbesar keempat di dunia, tentu sinergi Gojek dan Bank Jago ini sangat layak dinantikan ke depannya.

Kinerja Keuangan dan Saham Bank Jago

Dari laporan keuangan yang disampaikan ke BEI hingga September 2020, Bank Jago sebetulnya belum meraup laba. Dimana kerugian periode berjalan tercatat Rp105,71 miliar dan rugi per saham tercatat 87,66% hingga kuartal II 2020 dari periode sama tahun 2019, sebesar Rp15,82 miliar. Sementara untuk total aset perseroan meningkat jadi Rp1,72 triliun.

Disebutkan pula bahwa pendapatan bunga bersih Bank Jago naik jadi Rp42,89 miliar sementara pada periode sama tahun 2019 cuma Rp9,77 miliar. Hal ini membuktikan pertumbuhan pendapatan meningkat sebesar 339,01%. Pertumbuhan kredit bersih pun tumbuh 64,82% dari Rp349,14 miliar jadi Rp575,44 miliar, diikuti provisi naik jadi 7,66% dari 4,02%.

Namun justru di tahun 2021 ini, Bank Jago mencuri perhatian berkat pergerakan emiten ARTO di pasar modal. Ditutup Rp4.300 pada 30 Desember 2020, saham Bank Jago bahkan mencapai titik tertinggi Rp10.900 pada 22 Februari 2021. Keperkasaan ARTO sukses membuat kapitalisasi pasar mereka menembus Rp119,42 triliun.

Baca juga: Pertimbangkan 3 Value Perusahaan Sebelum Membeli Saham

Kapitalisasi Pasar Bank Jago yang Mengejutkan

aplikasi Bank Jago - Gojek
© Detik

Dari data RTI hari Senin (22/2) kemarin, saham Bank Jago naik 17,33% ke posisi Rp11 ribu per lembar saham, padahal saat itu dibuka naik 75 poin ke posisi Rp9.450 per saham. Sebelumnya pada hari Jumat (19/2) pekan lalu, ARTO sudah merangkak naik 9,01% ke posisi Rp9.375 per saham. Kinerja ini akhirnya membuat kapitalisasi pasar ARTO melewati BBNI di pekan ini.

Seperti yang diketahui, BBNI adalah emiten milik PT Bank Negara Indonesia (BNI). Pada Senin siang kemarin, BBNI tetap nyaman di posisi Rp6.000 per lembar saham dengan kapitalisasi pasar Rp111,89 triliun. Tak hanya BBNI, ARTO juga menggeser raksasa ICBP milik PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang di waktu sama memiliki kapitalisasi pasar Rp101,75 triliun.

Tak berhenti di BBNI dan ICBP, kali ini giliran emiten GGRM milik pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk juga dilewati ARTO. Tercatat di pasar bursa bahwa GGRM melemah cukup tipis sebesar 0,60% ke posisi Rp37,525 per lembar saham dengan kapitalisasi pasar Rp72,2 triliun. Kinerja positif saham Bank Jago ini memang tak lepas dari sentimen utama Gojek.

Karena menurut Nafan Aji selaku analis PT Binaartha Sekuritas, melambungnya nilai ARTO bagaimanapun juga dipengaruhi oleh DOKAB yang menjadi pemegang sahamnya. DOKAB yang jadi bagian Gojek ini membuat permintaan saham ARTO terus meningkat, karena status Gojek sebagai perusahaan decacorn dengan jutaan pengguna di Tanah Air.

Dipantau BEI, Saham ARTO Menurun

Melihat pergerakan saham Bank Jago yang meningka, BEI pun langsung melakukan pemantauan terhadap ARTO. Lantaran terus meningkat di luar kebiasaan, kondisi ARTO dianggap UMA (Unusual Market Activity). Dari penjelasan Lidia M. Panjaitan selaku Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, pengumuman UMA bukanlah berarti ARTO melanggar aturan pasar modal.

Karena itulah BEI meminta investor terus memperhatikan kinerja perusahaan termasuk permintaan konfirmasi bursa, mengkaji rencana aksi korporasi perusahan jika belum disetujui RUPS, hingga kemungkinan di kemudian hari. Bukan hanya sekali ini saja ARTO menjadi perhatian BEI, karena sebelumnya perdagangan ARTO pernah dihentikan pada Juli 2020.

Baca juga: Apa Itu Analisa Teknikal dan Analisa Fundamental?

Saat itu perdagangan saham ARTO yang dihentikan dalam rangka cooling down di pasar reguler dan pasar tunai. Sementara di bulan Februari ini selama periode 15-19 Februari 2021 saja, ARTO menguat 30,21% ke posisi Rp9.375 per saham dengan total frekuensi perdagangan sebanyak 22.310 kali dan nilai transaksi Rp467,4 miliar.

Namun pada penutupan hari Selasa (23/2) kemarin, ARTO tampaknya tak mampu melanjutkan kinerja positif. Bahkan ARTO ada di zona merah ketika IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) melaju kuat. Melemah 6,88%, ARTO ditutup pada posisi Rp10.150 per lembar saham. Masih dianggap wajar oleh sejumlah analis, apakah Anda tertarik membeli saham Bank Jago?

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar