Bingung Pilih Saham IPO atau Saham Lama? Ini Resiko dan Tipsnya!

Biasanya hal baru memang bisa menjadi sesuatu yang menarik perhatian. Termasuk perusahaan tertutup yang akhirnya melakukan penawaran saham perdana lewat bursa efek atau yang kita kenal sebagai IPO (Initial Public Offering).

Kita juga mungkin sering mendengar tentang keuntungan membeli saham IPO yang katanya bisa mendatangkan cuan hingga ribuan persen. Hal ini mungkin membuat banyak dari kita juga tertarik dan mulai meliriknya. Sehingga saham-saham lama kita lewati dulu saja.

Pada tahun 2019 lalu, dari 44 emiten yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, 22 diantara menunjukan kinerja yang luar biasa, bahkan ada yang returnnya sampai 1000%. Wow!

Pertanyaannya, apakah benar akan selalu begitu saat kita memilih saham IPO? Mana yang lebih baik, memilih saham lama atau saham IPO?

Hal ini mungkin menjadi salah satu pertanyaan yang sering terlontar, terutama bagi pemula yang masih bingung memilih saham atau belum pernah membeli saham IPO.

Karena ada juga saham-saham lama yang memiliki kinerja yang cukup bagus selama 5-10 tahun terakhir dengan asumsi kecendurungan lebih cocok digunakan untuk investasi jangka panjang.

Sebut saja misalnya saham-saham bluechip perbankan ataupun dari sektor consumer goods. Disisi lain, nyatanya saham IPO pun tidak melulu mendatangkan keuntungan.

Karena dari 44 perusahaan yang melakukan IPO, 20 diantaranya mengalami koreksi sebesar 1% hingga 70%. Nah, dengan data ini, kita bisa melihat bahwa kita juga tidak bisa sembarangan memilih saham IPO.

Jika kita tidak teliti, bisa-bisa dana investasi kita ludes tergilas nilai koreksi saham. Lalu bagaimana, saham apa yang perlu kita pilih. Saham IPO ataukah saham lama? Daripada menebak-nebak, coba perhatikan resiko dan tips sebelum membeli saham IPO!

Baca juga : Saham Syariah Terbaik dan Terbaru yang Ada di Bursa Efek Indonesia

Resiko Saham IPO

Resiko membeli saham IPO

1. Saham IPO Tidak Selalu Memiliki Masa Depan yang Cerah

Ada anggapan umum yang menyebutkan bahwa saham IPO adalah saham yang “pasti naik”. Hal ini karena jumlah peminatnya yang sangat tinggi. Namun pertanyaannya, apakah saham ini merupakan saham yang pasti bagus untuk kita invest?

Pada tahun 2017 hingga 2019 kemarin, dari 30-60 emiten yang melakukan IPO rata-rata sekitar nilai sahamnya naik 46% pada hari pertama.

Namun ada juga saham-saham yang turun pada hari pertama sekitar 3-8 saham. Dari sini, kita bisa menyimpulkan bahwa ada benarnya jika saham IPO pasti naik di hari pertama karena hanya sebagian kecil saja yang nilainya turun pada hari pertama.

Tapi ternyata dari sekian saham yang IPO pada tahun 2017, hampir semua saham tersebut kecuali saham NASA, BELL dan HOKI nilainya turun.

Bahkan ada belasan saham yang turun hingga di bawah nilai IPO-nya pada akhir tahun 2019. Begitupun saham-saham yang IPO pada tahun 2018.

Hanya beberapa saham yang nilainya cukup memuaskan pada akhir tahun 2019 speerti URBN, BTPS, MAPA dan beberapa saham lainnya.

Hal ini menunjukan bahwa saham IPO ternyata tidak selalu cerah masa depannya. Apalagi jika turun di bawah nilai IPO. Karena untuk menaikan nilai saham, bukanlah perkara yang mudah. Jadi tetap berhati-hatilah saat memilih saham baru. Jangan terlena oleh euforia kenaikan saham yang melesat di hari pertama.

2. High Return High Risk

Dimana terdapat potensi return yang tinggi, biasanya selalu di iringi dengan resiko yang tinggi pula. Dari data diatas, agaknya kita lebih memiliki gambaran tentang saham IPO.

Saham yang satu ini memang biasanya naik dengan nilai yang sangat fantastis. Namun juga punya resiko yang juga sama tingginya.

Bahkan Dari 52 saham yang IPO pada tahun 2019 yang lalu, ada 24 saham yang IPO yang nilainya terkoreksi pada akhir 2019 . Termasuk 14 diantaranya turun di bawah nilai IPO-nya. Pada beberapa kasus saham-saham IPO bahkan semapt naik namun tidak likuid.

Jadi investasi pada saham IPO mungkin cenderung cocok untuk investor yang memiliki senang high risk atau karakter risk taker dan juga telah mempelajari strateginya.

Namun jika Anda cenderung takut dengan resiko, bisa memilih jenis saham yang memiliki resiko lebih lebih rendah di banding saham-saham dengan resiko tinggi.

3. Investor Tidak bisa menentukan Jumlah Lot yang Ingin Dibeli

Tahukah Anda bahwa pelaku pasar saham (investor) tidak bisa memilih berapa jumlah lot saham IPO yang ingin di beli? Hal ini karena penerbit saham biasanya sudah menentukan jumlah saham yang bisa di beli oleh investor.

Baca juga : Saham-saham bluechip terbaik Indonesia

Misalnya Anda berniat membeli 100 lot saham, namun penerbit membatasi pembelian saham hanya 2 lot saja. Jadi Anda hanya akan bisa membeli 2 lot saham saja pada saat itu.

Tips Membeli Sesuai Mode Investasi

Resiko dan tips memilih sesuai mode investasi

Walaupun saham IPO memiliki resiko yang tinggi bukan berarti saham tersebut tidak bisa memberikan keuntungan. Kenyataannya banyak pula investor yang bisa mendapatkan cuan luar biasa dari saham-saham tersebut.

Namun sebelum memutuskan untuk membeli saham IPO, ada baiknya Anda memikirkan jangka waktu dan mode berinvestasi.

Karena investasi saham merupakan jenis investasi yang high return tapi juga high risk, apalagi jenis saham-saham IPO. Dengan mempertimbangkan jangka waktu dan mode berinvestasi, nantinya Anda bisa jadi lebih peka dalam memilih saham IPO perdana Anda.

\Mengenal Mode Investasi

Ada dua mode investasi saham, yakni trading dan investasi saham jangka panjang baik pada saham IPO maupun saham-saham lama. Meskipun keduanya sama-sama bertujuan memperoleh keuntungan namun, waktu yang di berikan investor berbeda. Hal ini menyebabkan resiko dan strateginya yang juga bisa sangat berbeda.

Sebut saja investasi jangka pendek atau yang di kenal dengan istilah trading saham yang sangat perlu memperhatikan fluktuasi nilai saham.

Sedangkan investasi saham jangka panjang tidak terlalu terpengaruh dengan fluktuasi harga saham karena waktu yang diharapkan dapat memberi keuntungan dari saham masih panjang, biasanya berkisar 5-10 tahun.

Selain itu, penting juga untuk menentukan rencana penggunaan investasi jangka panjang ini supaya lebih jelas periode investasinya.

Biasanya emiten yang di pilih untuk investasi jangka panjang merupakan perusahaan yang sehat dan kuat secara fundamental. Untuk lebih jelasnya lagi, Anda bisa mempertimbangkan tips membeli saham berikut yang sesuai dengan waktu dan mode investasi Anda!

Berinvestasi Secara Jangka Pendek

Jika Anda tertarik dengan trading jangka pendek, analisa teknikal tentu pelu Anda pelajari. Namun di samping itu, ada beberapa hal penting lain yang perlu Anda pertimbangkan. Apa saja yang perlu di perhatikan untuk melakukan trading saham (jangka pendek)?

1. Perhatikan Sentimen Pasar

Dalam trading jangka pendek penting bagi Anda untuk memperhatikan sentimen pasar, karena hal ini cukup berpengaruh untuk pergerakan nilai sahamnya.

Apakah pasar cenderung positif atau negatif pada emiten tersebut. Sentimen ini bisa dilihat dari bidang perusahaannya. Misalnya saja perusahaan pada industri teknologi saat ini memiliki sentimen yang positif di masyarakat.

2. Amati Fundamental dan Tujuan Emiten Melakukan IPO

Kemudian, jangan lupa mengamati fundamental untuk melihat kecenderungan tujuan IPO perusahaan. Jika perusahaan cenderung melakukan ekspansi, hal ini akan membawa sentimen yang positif karena artinya dana investasi digunakan untuk kegiatan produktif perusahaan.

3. Perhatikan Likuiditasnya

Jika Anda melakukan trading saham jangka pendek, hal yang tak kalah pentingnya adalah tentang likuiditas sahamnya. Karena dengan saham yang likuid, Anda lebih mudah untuk mentransaksikan sahamnya. Anda bisa dengan mudah memperjual belikan sahamnya secara jangka pendek.

4. Riset Momen yang Tepat Untuk Membeli dan Menjual Saham

Jangan lupa untuk meriset kapan saat yang tepat untuk membeli dan juga menjual saham Anda. Untuk itu maka Anda perlu memperhatikan data historis penjamin emisi emiten yang bersangkutan saat melakukan IPO.

Biasanya saham baru nilainya melambung tinggi pada minggu pertama setelah IPO. Jadi penting juga untuk mencatat tanggal-tanggal penting mengenai IPO emiten bersangkutan.

Berinvestasi Untuk Jangka Panjang

Berbeda dengan trading saham jangka pendek, investasi saham jangka panjang akan lebih menekankan pada rekam jejak perusahaan dan biasanya di terapkan pada saham lama.

Bagi Anda yang minat melakukan investasi saham jangka panjang dapat memperhatikan hal-hal di bawah ini saat membeli saham.

1. Perhatikan Tren Industri

Untuk berinvestasi jangka panjang, Anda perlu memperhatikan tren industri dan nilai kompetitif emiten. Tren industri ini berhubungan dengan apakah industrinya dalam keadaan sedang bertumbuh atau justru sebaliknya.

2. Cermati Fundamental dan Kinerja Emiten

Wajib hukumnya mencermati aspek fundamental dan kinerja emiten jika kita ingin berinvestasi secara jangka panjang. Cari tahu rekam jejak emiten selama beberapa tahun terakhir seperti arus kasnya, dana operasional perusahaan dan juga mengenai hutangnya.

Walaupun bukan menjadi penentu yang memberi kepastian mutlak, hal ini menjadi modal dasar kita untuk bisa memproyeksikan kinerja perusahaan secara jangka panjang.

Selain itu, model bisnis perusahaan tentunya juga perlu kita pahami supaya kita isa lebih paham tentang perkembangan emiten yang bersangkutan.

3. Bandingkan Valuasi Saham di Sektor Sejenis

BMasih berhubungan dengan persaingan pada bidang sejenis. Sebelum Anda membeli saham tertentu untuk investasi jangka panjang, coba bandingkan valuasi saham tersebut dengan saham-saham pada sektor yang sejenis.

Baca juga : 1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Penjelasan Selengkapnya!

Jadi ada baiknya Anda meriset tentang persaingan pada industri perusahaan yang bersangkutan. Hal ini untuk melihat apakah emiten berpotensi untuk memimpin pasar cukup besar ataukah kurang di masa mendatang.

Penutup

Saham IPO memang menggiurkan terutama pada hari pertama atau minggu-minggu awal pembukaan perdagangannya. Tapi Anda juga perlu mengingat resikonya yang cukup tinggi. Jika kita perhatikan hal ini membuat saham baru lebih cenderung lebih cocok digunakan untuk trading jangka pendek, walaupun tidak menutup kemungkinan menjadi emiten investasi jangka panjang kita.

Meskipun demikian, sebagai Anda tetap bisa membeli saham IPO dan mendapat keuntungan jika berhati-hati dalam memilihnya. Langkah Anda untuk mengetahui resiko, tujuan serta mode berinvestasi sudah bagus. Kini Anda bisa mulai mendalami kembali strategi yang tepat dalam setiap pilihan yang Anda buat nantinya dengan memperhatikan tips-tips diatas.

Sampai disini, apakah Anda sudah mulai menentukan mode investasi yang ingin Anda lakukan? Trading saham jangka pendek maupun investasi jangka panjang sama-sama memiliki resiko. Semoga tips diatas dapat membantu Anda memilih saham mana yang terbaik.

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar