Tanpa terasa, tahun 2020 sudah memasuki bulan ketujuh. Tentu di bulan Juli ini sudah banyak yang terjadi, terutama di sektor ekonomi. Terlepas dari besar atau kecil penghasilan Anda, tampaknya semua sepakat bahwa finansial cukup tertekan di paruh pertama 2020.
Pandemi Covid-19 dianggap sebagai salah satu pemicu kondisi perekonomian yang kurang bergairah. Tidak hanya di Indonesia, wabah corona membuat daya beli masyarakat global ikut terkoreksi. Sehingga mau tak mau seluruh pemilik bisnis harus berpikir kreatif agar mampu bertahan.
Bukan hanya pemilik bisnis, siapapun yang ingin tetap sehat finansial tentu harus berpikir lebih bijaksana di 2020 ini. Salah satunya adalah dengan mempertimbangkan aset investasi. Masih berpikir bahwa emas, tanah dan properti menguntungkan? Oh, tentu saja. Namun di era Revolusi Industri 4.0 seperti saat ini, mencoba melirik aset investasi non konvensional bisa jadi pertimbangan.
Baca juga: Jenis Saham Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi di Indonesia
Ada dua aset investasi yang memiliki peluang untung sama (bahkan lebih besar) daripada emas, tanah dan properti. Apa itu? Saham dan obligasi.
Yap, bermain dengan kedua aset tersebut di pasar berjangka memang penuh risiko. Namun bukankah semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula peluang untungnya? Karena itu, Anda bisa mencoba melirik investasi saham dan obligasi yang kini makin digandrungi milenial.
Tetapi jangan salah kaprah, meskipun sama-sama menanamkan modal di perusahaan, saham dan obligasi memiliki perbedaan. Apa itu? Simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Mengenal Saham dan Obligasi
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, saham dan obligasi sama-sama instrumen keuangan yang melantai di bursa. Namun meskipun begitu, kedua efek ini mempunyai perbedaan sehingga bisa jadi pertimbangan bagi calon investor.
Saham

Saham adalah satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen keuangan yang mengacu sebagai bentuk kepemilikan sebuah perusahaan. Di mana saham ini biasanya berbentuk dokumen. Anda yang memiliki saham sebuah perusahaan, berhak memperoleh keuntungan atau dividen.
Hanya saja kekuasaan investor saham bergantung pada seberapa besar saham yang mereka miliki di satu perusahaan. Tentunya makin besar saham yang Anda miliki, makin besar pula untung yang diraih asalkan kinerja perusahaan makin baik. Perdagangan saham di Tanah Air dilakukan di BEI (Bursa Efek Indonesia).
Baca juga: Sejarah Saham META dan Perkembangannya Sampai Sekarang
Ketika perusahaan bangkrut, maka investor saham adalah pihak terakhir yang memperoleh dana mereka kembali. Karena itulah ketika perusahaan benar-benar pailit, bukan tak mungkin para investor saham malah tak mendapatkan apapun. Berdasarkan hak tagih atau kemampuan klaim, ada dua jenis saham yakni:
- Saham Biasa (Common Stock): Inilah jenis saham terpopuler di pasar modal. Pemilik common stock mempunyai hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Di mana mereka akan memperoleh dividen saat perusahaan untung. Sementara saat perusahaan rugi tidak akan mendapat dividen, dan cuma menanggung sebesar nilai investasinya.
- Saham Preferen (Preferred Stock): Secara mudahnya, saham preferen haknya lebih tinggi daripada common stock. Di mana pembagian dividen saham preferen didahulukan daripada pemilik common stock, termasuk pembagian sisa aset saat perusahaan bangkrut. Besaran dividen saham preferen pun tetap layaknya bunga obligasi
Obligasi

Obligasi adalah surat utang jangka menengah atau panjang yang dikeluarkan perusahaan maupun instansi pemerintah. Di mana obligasi ini merupakan bentuk peminjaman uang kepada para pemilik modal. Sehingga dalam obligasi, tertera kupon yang berisi besaran bunga sekaligus tanggal jatuh tempo pembayaran.
Ketika perusahaan atau instansi pemerintah yang mengeluarkan obligasi mengalami kebangkrutan, para pemegang obligasi akan jadi pihak pertama yang mendapatkan hak perusahaan. Ada dua jenis utama obligasi yakni obligasi dengan jaminan (secured bonds) yang diterbitkan dengan jaminan entah garansi, harta, efek atau peralatan serta obligasi tanpa jaminan (unsecured bonds) yang cuma mengandalkan kepercayaan.
Sebagai investasi efek berpendapatan tetap, tingkat pertumbuhan dan risiko obligasi relatif lebih stabil dibandingkan saham. Hingga saat ini ada lima macam obligasi yang melantai di BEI yakni:
- Obligasi korporasi yang diterbitkan perusahaan swasta nasional (BUMN dan BUMD)
- SUN (Surat Utang Negara) alias surat berharga yang diterbitkan pemerintah sesuai aturan dalam UU No.24/200
- Sukuk korporasi atau obligasi berprinsip syariah yang diterbitkan perusahaan
- SBSN (Surat Berharga Syariah Negara)
- EBA (Efek Beragunan Aset)
Persamaan Antara Saham dan Obligasi
Kalau bicara soal persamaannya, semua orang tentu sepakat bahwa saham dan obligasi sama-sama menguntungkan sebagai aset investasi. Namun jika menilik lebih jauh, setidaknya ada tiga persamaan dari kedua jenis instrumen keuangan ini yakni:
- Pemilik saham dan obligasi sama-sama punya hak klaim atas laba dan aktiva perusahaan. Karena memang baik saham dan obligasi menjanjikan penghasilan yang bisa diperoleh pada saat pembagian dividen atau jatuh tempo hutang obligasi
- Pemilik saham dan obligasi sama-sama punya hak tebus untuk menukan investasi mereka dengan uang
- Baik saham dan obligasi sama-sama merupakan surat berharga yang disetujui kedua belah pihak, dan bisa diperdagangkan di pasar modal atau bursa efek
Baca juga: Inilah Jenis Investasi Jangka Panjang paling Menjanjikan
Perbedaan Antara Saham dan Obligasi
Penjelasan sudah, persamaan sudah, nah kita sekarang sampai pada inti artikel mengenai perbedaan. Karena hingga saat ini, masih banyak sekali yang mengira bahwa saham dan obligasi adalah dua hal sama. Agar semakin paham, berikut ini perbedaan saham dan obligasi yang dipaparkan dalam bentuk tabel:
PERBEDAAN | SAHAM | OBLIGASI |
Definisi | Surat kepemilikan perusahaan | Surat hutang |
Pihak yang Bisa Menerbitkan | Perusahaan terbuka (Tbk) | Perusahaan dan pemerintah |
Fungsi | Tanda bukti kepemilikan aset perusahaan | Tanda bukti pengakuan utang perusahaan |
Hak Pemilik | Punya hak suara atas kebijakan perusahaan | Tidak punya hak suara atas kebijakan perusahaan |
Penghasilan Investor | Dividen dari laba bersih perusahaan | Hutang pokok dan bunga |
Jangka Waktu | Tidak terbatas selama perusahaan masih beroperasi, dividen tetap dibagikan | Terbatas dengan jangka waktu yang tertera pada obligasi |
Kewajiban Pembayaran Pada Investor | Hanya saat perusahaan untung | Wajib untuk dibayarkan sekalipun perusahaan pailit |
Keuntungan Investasi | Besar bahkan bisa dapat uang tunai lebih banyak daripada obligasi | Kecil di mana keuntungannya sesuai besaran bunga yang tertera pada kupon |
Risiko Investasi | Besar karena perusahaan bisa saja bangkrut, sehingga investor kehilangan saham dan tak dapat dividen | Kecil karena tidak mempedulikan kondisi bisnis, investor tetap dapat dananya kembali |
Kondisi Saat Likuidasi | Kepemilikan saham tak berguna. Perusahaan hanya wajib membayar labar terakhir jika ada | Pemegang obligasi jadi pertama yang dibayarkan haknya. Bahkan jika perlu, perusahaan atau instansi sampai menjual aset |
Fluktuasi Nilai | Nilai saham naik turun sesuai kondisi ekonomi makro dan mikro | Nilai saham obligasi relatif stabil, tapi cukup sensitif terhadap tingkat bunga dan inflasi |
Perihal Pajak | Dividen dihitung dari laba perusahaan setelah dikenai pajak | Bunga obligasi dikeluarkan terlebih dulu tanpa dikenai pajak |
Contoh | Saham BCA = BBCA Saham Telkom = TLKM Saham Indofood = ICBP | SUN (Surat Utang Negara) ORI (Obligasi Ritel Indonesia) |
Melalui tabel di atas, maka Anda bisa tahu bahwa saham dan obligasi adalah dua jenis instrumen keuangan yang berbeda. Dengan begitu Anda bisa menentukan mana yang lebih cocok untuk dipilih sebagai bentuk investasi apakah saham atau obligasi. Yang jelas, pastikan dengan kondisi keuangan dan tujuan Anda melakukan investasi.
Jadi, Pilih Investasi Saham atau Obligasi?

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa baik saham dan obligasi memang sama-sama menjanjikan keuntungan di pasar berjangka. Tak heran kalau kedua aset ini dipandang sebagai bentuk investasi masa depan, bukan cuma sekadar investasi emas, properti atau tanah saja.
Hanya kalau dihadapkan pada pilihan, mana yang lebih baik antara saham dan obligasi? Semua kembali ke profil risiko masing-masing investor. Jika Anda termasuk investor yang siap menanggung risiko besar bahkan kehilangan modal, maka investasi saham bisa jadi pilihan. Apalagi kalau Anda masih berusia muda dan produktif, investasi saham yang merupakan jangka panjang bisa menjanjikan keuntungan fantastis.
Baca juga: 5 Jenis Investasi Jangka Pendek yang Paling Menjanjikan
Namun kalau Anda termasuk investor konservatif yang tidak siap rugi dan sudah puas dengan keuntungan meskipun kecil, investasi obligasi adalah solusinya. Apalagi saat ini pemerintah sedang rajin menerbitkan obligasi, sehingga bisa menjadi pilihan untuk menjajaki dunia investasi, tanpa khawatir rugi. Obligasi juga dapat difungsikan sebagai persiapan saat pensiun kelak, tanpa memikirkan gejolak bursa efek.