Mengenal Berbagai Musim Saham, Kapan Waktu Terbaik Berinvestasi?

Investasi saham adalah salah satu jenis investasi yang beresiko tinggi. Namun bukan berarti kita tidak bisa ikut terlbiat dalam investasi karena orang yang jago di saham tentu awalnya juga adalah seorang pemula. Yang perlu kita lakukan adalah tidak berhenti belajar. Nah, salah satu topik yang menarik untuk di pelajari adalah tentang musim saham.

Sebagai pemula pasti kita mengalami kebingungan dan mungkin pernah mempertanyakan, kapan sih waktu yang tepat untuk membeli dan menjual saham kita? Nah ternyata ada pola tertentu yang di sebut dengan musim saham. Apa itu musim saham?

Musim saham adalah waktu-waktu tertentu yang dianggap pas untuk bertransaksi saham berdasarkan pola terjadi di pasar modal pada beberapa tahun terakhir. Kali ini kita akan membahasnya khusus di kontekskan ke bursa Indonesia. Sehingga kita tahu kapan saat yang tepat untuk masuk dan keluar market sesuai musimnya. Kalau begitu apa bisa kita membuat ‘kalender saham’? Tahan dulu!

Ada musim apa saja ya kira-kira?

Secara umum, ada yang namanya musim Sell in May and Go Away, Window Dressing, Santaclaus Rally, January Effect dan juga Earning Season. Unik-unik ya namanya? Baiklah, supaya lebih jelas mari kita bahas satu persatu!

1. Sell in May and Go Away

Musim yang pertama adalah sell in May and go away atau menjual saham di bulan Mei kemudian lupakan saja dulu. Sebenernya istilah ini lengkapnya : Sell in may and go away until St Leger’s Day. Istilah ini hadir negeri yang memiliki musim panas dan musim dingin yakni London. Dimana pada masa itu banyak orang pergi berlibur dan menikmati musim panas.

Nah musim sell in May and go away adalah salah satu teori yang di percayai karena melihat adanya pola penurunan kinerja saham dari bulan Mei sampai dengan Oktober. Dan sebaliknya, kinerja saham paling kuat atau nilai saham bergerak ke arah positif lagi terjadi di bulan November sampai dengan April.

Ini adalah strategi sebagian trader saham yang menjual sahamnya di bulan mei dan membeli saham lagi di bulan April. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari periode Mei sampai dengan Oktober yang mana katanya masuk musim saham tidak terlalu naik secara signifikan atau bahkan dinilai stagnan.

Nah pertanyaannya, bagaimana kalau di Indonesia? Apa teori ini masih relevan?

Menurut Rudiyanto yang merupakan Direktur PT Panin Asset Management, teori tersebut hanya 38% tingkat keakuratannya jika di kontekskan ke pasar saham di negeri kita. Justru menurutnya di Indonesia itu yang lebih cocok adalah konsekwensi dari teori Sell in May, yakni Buy in November. Hmm.. bagaimana menurut Anda?

Di sisi lain, bagi para value investor musim ini merupakan kesempatan untuk berbelanja saham-saham yang sedang ter-discount. Jadi mau jual atau beli, tergantung pada tipe investor manakah kita. Bagi yang memiliki tipe investasi jangka menengah atapun jangka panjang bisa membeli saham-saham ter-discount di bulan Mei sampai dengan Oktober.

Ini mirip dengan masa menanamnya para petani. Lalu kapan masa panennya? Panennya bisa di bulan-bulan yang di anggap musim kenaikan harga saham, yakni November hingga April. Dimana bulan-bulan ini para trader maupun investor berbodnong-bondong menjual sahamnya. Tapi jangan terburu-buru, Anda bisa mempertimbangkan 3 musim lain yang akan kita bahas selanjutnya.

Baca juga, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Naik Turunnya Harga Saham

2. Window Dressing

Apa yang di maksud dengan window dressing? Ini adalah salah satu strategi untuk ‘mempercantik’ portofolio investasi saham yang di lakukan perusahaan ataupun para manajer investasi sebelum di presentasikan kepada para calon atau pemegang saham. Mereka biasanya ‘mempercantik’ laporan keuangan atau kinerja keuangan maupun portofolio bisnis yang dimiliki. Untuk apa?

Tujuannya agar para investor mau menanamkan modal dna harga sahamnya pun meningkat. Nah, window dressing ini biasanya terjadi pada saat tutup buku. Terkadang juga terjadi saat perusahaan hendak membuat laporan keuangan yakni 3 bulan menjelang akhir tahun.

Kondisi ini bisa di bilang anomali, karena harga saham di bursa biasanya meningkat setiap akhir tahun. Diantara Anda pasti sudah ada yang menyadari bahwa harga-harga saham di BEI sudah merangkak naik sejak akhir bulan September 2021 lalu. Nilai IHSG naik dari Rp 6.100 menjadi Rp 6.591 pada 30 Oktober 2021.

Walaupun begitu, jangan lupa untuk selalu melakukan analisa fundamental maupun teknikal sebelum memutuskan investasi saham. Saat ini informasi sudah tersedia dengan mudah dan lengkap. Jika Anda menggunakan aplikasi investasi saham, biasanya informasi sudah lengkap tersedia di dalamnya dan bisa di baca dengan mudah bahkan untuk pemula.

Pola yang sama terjadi pada tahun 2020. Pada akhir September 2020 IHSG berada di angka Rp 4.945 kemudian naik menjadi Rp 5.128 pada 27 Oktober 2020, terus naik pada pertengahan Desember 2020 hingga mencapai Rp 6.100. Hal inipun terjadi di tahun 2017, 2018 dan 2019, meskipun kenaikan di tahun 2019 tidak begitu signifikan.

3. Santaclaus Rally

Apa hubungannya antara santaclaus dengan saham? Apakah santaclaus akan membagi-bagikan saham di musim ini? Ataukan santaclaus membantu menaikan atau menurunkan harga saham? Yang jelas bukan seperti itu hubungannya.

Santaclaus rally ini adalah suatu fenomena kenaikan harga saham yang biasanya terjadi di minggu-minggu akhir bulan desember sampai dengan h+2 perdagangan efek di bulan Januari. Istilah ini memang lebih di kenal di bursa Amerika yang notabene lebih akrab dengan santaclaus atau hari natal. Para investor di bursa saham Amerika banyak yang menantikan santaclaus rally ini.

Lalu bagaimana kalau di Indonesia?

Nah di Indonesia sendiri, ada beberapa saham yang mengikuti siklus ini secara konsisten. Misalnya saja BBCA, apalagi setelah stock split harga saham akan lebih bisa terjangkau oleh lebih banyak investor ritel. Contoh lainnya seperti UNVR, BMRI, TLKM dan lain-lain.

4. January Effect

Musim saham selanjutnya adalah January effect. Nah January effect adalah sebuah pola dimana harga saham akan bergerak ke arah positif di 2 minggu pertama bulan Januari atau awal tahun. Para MI (manajer investasi) di Amerika biasanya berbelanja saham untuk mengelola kembali portofolio investasi mereka.

Musim saham yang satu ini pertama kali di amati oleh seorang investment banker asal Amerika bernama Sydney Wachtel pada tahun 1942. Ia menemukan bahwa sejak tahun 1925 terdapat pola atau kecenderungan peningkatan harga saham di bursa saham Amerika pada awal bulan Januari. Peningkatan harga saham ini di pengaruhi oleh beberapa faktor.

Pertama, biasa para karyawan sudah menerima bonus dan mengalokasikannya untuk belanja saham. Selain itu, bulan Januari adalah bulan pertama dalam satu 1 tahun yang biasanya menjadi momen bagi kebanyakan orang maupun lembaga keuangan untuk mengatur ulang rencana keuangannya.

Lalu bagaimana dengan BEI? Apakah hal tersebut juga berlaku di Indonesia?

Dalam 10 tahun terakhir IHSG sendiri hanya 3 kali gagal mencetak kinerja positif pada awal bulan Januari. Yakni pada Januari 2011, 2017 dan terakhir pada Januari 2020. Coba kita cek juga nilai IHSG setiap akhir bulan Januari selama 5 tahun terakhir!

  • 2017 : Turun tipis ke nilai Rp. 5347 (di awal Januari) ke Rp 5.312 (di akhir Januari)
  • 2018 : Terbang ke Rp 6.353 ke Rp 6.660
  • 2019 : Turun lagi ke angka Rp 6.274 ke Rp 6.482
  • 2020 : Turun lagi menjadi Rp 6.323 ke Rp 5.940
  • 2021 : Turun lagi ke angka Rp 6.104 ke Rp 5.962

Secara umum, bagi yang mempercayai musim ini biasanya awal bulan Januari dijadikan sebagai musim panen saham yang sudah Andai beli pada musim discount. Kalau di bursa Amerika ada juga yang memilih membeli saham di awal Januari dan mennjualnya kembali di akhir Januari. Hm, kalau melihat pola di bursa saham Indonesia khsusunys selama 5 tahun terakhir, nampaknya pola transaksi tersebut tidak cocok mengingat nilainya yang justru hampir selalu turun di akhir Januari. Bagaimana dengan Anda?

5. Earning Season

Terakhir, ada yang namanya earning season. Setiap emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib melaporkan kondisi keuangan perusahaan setiap kuartalnya atau per-3 bulan. Pada periode inilah biasanya akan terjadi suatu pergerakan harga saham ke arah positif maupun negatif.

Biasanya jika laporan keuangan perusahaan di nilai baik atau progresif maka harga saham akan meningkat, karena banyaknya peminat. Tapi jika laporan keuangannya memburuk maka harga sahamnya pun akan ikut turun. Kapan tepatnya earning season ini terjadi? Biasanya musim ini terjadi pada bulan April, Juli, Oktober dan juga Januari.

Nah, untuk mempersiapkannya Anda bisa mengamati pola laporan keuangan dari emiten bidikan Anda. Apakah ada pola khusus? Misalnya saja, emiten yang Anda minati itu cenderung turun pada kuartal tertentu namun secara umum setiap tahun selalu progresif dan sangat kuat.

Momen seperti inilaj yang bisa Anda manfaatkan untuk berbelanja saham di harga diskonan. Sebaliknya, jika Anda seorang trader atau memang sudah saatnya menjual saham karena tujuan keuangan Anda sudah tercapai, maka Anda menjualnya di waktu tertentu saat laporan keuangannya positif dan harganya sedang naik-naiknya. Dengan begitu, Anda bisa memaksimalkan keuntungan investasi.

Baca juga, Ini Waktu Terbaik untuk Membeli Saham Bagi Investor Pemula

Penutup

4 musim di atas merupakan pola-pola yang di yakini oleh sebagian trader maupun investor saham selama beberapa tahun kebelakang. Tentunya kondisi pasar bisa berubah-ubah dan sangat mungkin terjadi anomali yang berbeda dengan ke empat pola di atas. Terutama kejadian-kejadian luas biasanya yang bisa mempengaruhi ekonomi suatu negara atau bahkan dunia, seperti krisis yang di akibatkan pandemi covid 19.

Semoga dengan mengenal musim-musim saham di bursa efek khususnya di Indonesia bisa memberikan tambahan wawasan agar bisa berinvestasi saham lebih baik lagi. Tapi jangan lupa untuk selalu memeriksa kembali kinerja emiten incaran Anda sebelum memutuskan untuk menanam modal. Pelajari berapa harga saham terbaiknya supaya bisa membeli saham di harga normal bahkan murah, dan tetap berpegang pada tipe dan tujuan investasi Anda sendiri.

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar