Bakal Terjadi di 2021, IPO Gojek Terbesar Dalam Sejarah Indonesia?

Saat pertama kali didirikan oleh Nadiem Makarim pada tahun 2010 di Indonesia, mungkin tak akan ada yang menyangkan kalau Gojek bakal menjelma sebagai raksasa startup terbesar asal Indonesia. Telah melewati waktu satu dekade perjalannya, kini IPO Gojek disebut-sebut bakal menjadi salah satu peristiwa perekonomian bersejarah di Indonesia.

Kendati belum ada jadwal pastinya, rencana go public alias IPO (Initial Public Offering) yang bakal dilakukan Gojek makin ramai berhembus di tahun 2021 ini. Tentunya para pelaku pasar modal dan investor baik di Indonesia hingga luar negeri, akan siap saling hantam untuk memperebutkan saham perusahaan teknologi tersebut.

CNBC Indonesia melaporkan, seorang pelaku pasar perusahaan efek tak segan menyebut kalau IPO Gojek yang jika terlaksana itu, bisa saja menjadi yang terbesar dalam sejarah pasar modal Tanah Air. Kalau memang sumber itu benar, besar kemungkinan startup yang awalnya cuma melayani transportasi online dengan sepeda motor itu akan melepas 10% sahamnya.

Baca juga: Ungkap Rencana Bisnis, Saham TLKM Melambung di Pasar Modal

Hanya saja hingga saat ini peluang IPO Gojek itu masih belum ada yang bisa memastikan, karena kabarnya masih tergantung dengan rencana merger dua raksasa startup Tanah Air yakni Gojek dengan Tokopedia. Namun Gojek disebut-sebut sudah mulai diam-diam memilih perusahaan sekuritas untuk aksi korporasi mereka nantinya.

Kalau memang merger nantinya terjadi, maka dengan valuasi Gojek tercatat US$10,5 miliar dan Tokopedia sebesar US$7,5 miliar, totalnya mencapai US$18 miliar (sekitar Rp261,2 triliun). Jika valuasi merger yang digunakan dalam IPO Gojek, maka dengan target 10% saham yang dilepas totalnya adalah sebesar Rp26 triliun!

Tentu dengan begitu IPO Gojek akan dengan mudah melewati pemegang rekor IPO terbesar sebelumnya yakni emiten ADRO (PT Adaro Energy Tbk). Dimana dalam IPO tahun 2008 lalu itu, ADRO mencatat penghasilan Rp12,24 triliun.

GoTo, Perusahaan Mega Merger Gojek – Tokopedia?

Gojek - Tokopedia

Kendati target IPO Gojek disebut-sebut bisa mencapai Rp26 triliun itu sudah sangat besar, Bloomberg justru melaporkan hal lain. Menurut mereka, potensi merger Gojek dan Tokopedia bisa membuat kapitalisasi pasar perusahaan menembus US$40 miliar (sekitar Rp580 triliun)! Kalau benar begitu, maka besaran IPO jelas lebih fantastis.

Hanya saja hingga saat ini, baik Gojek dan Tokopedia masih menutup rapat-rapat rencana mega merger tersebut. Hanya saja manajemen Gojek kabarnya sudah mengumumkan rencana korporasi tersebut kepada para karyawan lewat internal Townhall meeting.

Bahkan Nila Marita selaku Chief Corporate Affairs Gojek, tampak tidak membantah ataupun mengonfirmasi gosip merger dalam internal Townhall meeting.

Sekadar informasi, isu mega merger sebetulnya sudah berhembus sejak Januari 2021 lalu. Bahkan Bloomberg dengan cukup berani menyebutkan kalau kedua raksasa startup buatan anak bangsa ini sudah saling menandatangani berbagai syarat mendetail, untuk uji tuntas atas performa bisnis masing-masing, demi melihat potensi sinergi bisnis.

Kalau merger ini akhirnya sukses terjadi, Gojek jelas akan lebih leluasa terjun ke bisnis ritel lantaran sudah memiliki modal sistem transportai, logistik dan pengiriman makanan. Belum lagi dengan sudah dibelinya 22,16% saham Bank Jago oleh Gojek, membuat sistem keuangan digital lewat Gopay (PT Dompet Karya Anak Bangsa) jelas akan lebih optimal.

Kini empat bulan sejak rumor itu menggelinding, baik Gojek dan Tokopedia kabarnya tinggal menanti izin dari para pemegang saham. Dengan rencana akuisisi yang bakal dituntaskan bulan April 2021, disebut-sebut mega merger ini akan melahirkan perusahaan baru bernama GoTo.

Dilansir KrAsia, seorang sumber yang enggan mengungkapkan identitasnya, berbicara kepada The Information, bahwa GoTo akan dipimpin oleh empat eksekutif. Dimana keempat orang itu berasal dari Gojek dan Tokopedia yang akan menentukan rencana bisnis perusahaan termasuk di dalamnya urusan e-commerce, transportasi, pengiriman makanan, pembayaran hingga logistik.

Baca juga: Indofood Borong Saham Fritolay, Cheetos Hengkang dari Indonesia

Jika memang sumber tersebut bisa dipercaya, empat orang eksekutif itu adalah dua orang co-CEO Gojek yakni Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi, lalu William Tanuwijaya sebagai CEO Tokopedia dan terakhir, Patrick Cao yang menjabat sebagai Presiden Tokopedia.

Bahkan Bloomberg News menyebutkan kalau Andre akan diserahi tanggung jawab sebagai orang nomor satu dalam GoTo nantinya. Jika memang IPO Gojek terlaksana, Andre diharap mampu mengejar target valuasi GoTo yang mematok angka US$40 miliar sekaligus menjaga pertumbuhan bisnis baik Gojek dan Tokopedia.

Kendati bukan sebagai pendiri Gojek seperti Nadiem, Kevin dan Michaelangelo Moran, Andre adalah pelopor diversifikasi Gojek ke berbagai layanan konsumen. Bahkan dirinya terlibat dalam pengumpulan dana investor lebih dari US$5 miliar, termasuk dari Google, Tencent Holdings, Astra Internasional sampai Warburg Pincus.

Lantas bagaimana bisa Andre terlibat sebagai petinggi eksekutif Gojek?

Semua bermula ketika Andre masih bekerja di perusahaan ekuitas Northstar Group. Sekadar informasi, Northstar Group adalah investor awal Gojek. Barulah kemudian di tahun 2015, Andre resmi bergabung dengan Gojek dan empat tahun kemudian, Kevin memilih Andre sebagai co-CEO Gojek.

Sebelum Tokopedia, Gojek Kabarnya Merger dengan Grab

Grab - Gojek

Sekadar informasi, sebelum rencana mega merger Gojek dan Tokopedia, perusahaan yang didirikan Nadiem dengan jumlah awal 20 orang pengemudi ojek itu sempat kuat akan bergabung dengan raksasa ride hailing Asia Tenggara lainnya, Grab.

Isu korporasi yang ramai diperbincangkan tahun 2020 itu didorong oleh Masayoshi Son, CEO SoftBank. Hanya saja rencana itu batal karena Anthony Tan selaku CEO Grab, menawarkan diri sebagai CEO seumur hidup secara de facto.

Dari laporan Nikkei Asian Review, Grab juga mengajukan berbagai syarat berat lain kepada Gojek, seperti permintaan hak suara besar di perusahaan gabungan, hak veto atas keputusan Dewan Direksi hingga kendali terhadap penghasilan sendiri. Besarnya permintaan Grab ini karena mereka merasa lebih berkuasa secara operasional di Asia Tenggara, serta punya kondisi keuangan lebih baik daripada Gojek.

Meskipun gagal, Son sepertinya tetap ikut ambil bagian dalam mega merger Gojek dan Tokopedia kali ini. Dengan entitas baru yang kabarnya disebut GoTo nanti, Gojek akan memegang 52% saham sedangkan Tokopedia sebesar 48%.

Baca juga: Negara-Negara yang Alami Resesi Ekonomi Akibat Covid-19

Google dan Temasek di Belakang GoTo

jajaran petinggi Gojek
© The Jakarta Post

Lantaran masih simpang siurnya kepastian jadwal IPO Gojek, kini publik justru lebih penasaran dengan kepastian mega merger Gojek dan Tokopedia. Jauh sebelum ramai dibicarakan pada awal 2021 ini, potensi merger ini sudah dipertimbangkan sejak 2018. Hanya saja kembali muncul ke permukaan setelah rencana merger Gojek dan Grab gagal.

Peluang bergabungnya Gojek dan Tokopedia menjadi satu perusahaan ini memang dianggap lebih masuk akal, meningat kedua startup ini memiliki beberapa investor yang sama. Salah satunya adalah Temasek Holdings, BUMN investasi dari Singapura, serta tentunya raksasa teknologi dunia, Google.

Bahkan lewat informasi yang beredar bulan Oktober 2020, Temasek Holdings dan Google sepakat untuk mengucurkan dana sebesar US$350 juta (sekitar Rp5 triliun) kepada Tokopedia. Dana tersebut digunakan Tokopedia untuk melakukan ekspansi bisnis, sekaligus bukti terus berdenyutnya perekonomian digital di Indonesia selama pandemi Covid-19.

Lantas bagaimana posisi kedua investor tersebut di Gojek?

Disebut-sebut Temasek Holdings merupakan pemegang saham terbesar di Gojek yang bahkan pada Januari 2018, Reuters melaporkan kalau Gojek kembali memperoleh suntikan dana dari mereka. Dalam investasinya di Gojek, Temasek Holdings menggunakan beberapa anak usaha seperti Gamvest Pte Ltd dan Anderson Investment Pte Ltd.

Sedangkan untuk Google, mereka menapakkan kakinya di Gojek lewat Google Asia Pacific Pte Ltd ketika melakukan pendanaan seri E di tahun 2018. Tak lama Google kembali ikut pendanaan seri F bersama banyak perusahaan dunia seperti Mitsubishi Corporation, Mitsubishi UFJ Lease & Finance, VISA, Tencent hingga JD.com.

Kini dengan semakin santernya isu IPO Gojek setelah kabar mega merger, tentunya posisi Temasek Holdings dan Google di kedua perusahaan itu seolah menjadi sebuah lampu hijau.

IPO Gojek Belum Jelas, Hypermart Kini Diincar?

suasana di Hypermart
© Berita Satu

Meskipun belum ada lagi kepastian jadwal IPO Gojek atau perkembangan merger GoTo, kabar baru justru berhembus jika PT Aplikasi Karya Anak Bangsa yang memiliki Gojek, siap membeli saham emiten ritel pengelola Hypermart. Sekadar informasi, Hypermart saat ini dimiliki oleh Grup Lippo lewat PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA).

Baca juga: Mengenal Komunitas Investor Saham Pemula (ISP)

Meskipun masih berupa kabar panas, faktanya harga saham MPPA justru melejit cukup signifikan pada Kamis (22/4) kemarin. Melambung hampir 25% dalam sehari ke level 860, MPPA pun sempat menentuh batas ARA (Auto Reject). Tak heran kalau akhirnya BEI (Bursa Efek Indonesia) melakukan suspensi alias penghentian sementara perdagangan MPPA.

Suspensi yang terjadi mulai Sesi I perdagangan hari Jumat (23/4), memang sudah diduga karena dalam sepekan terakhir, MPPA justru menguat sebesar 21,99%. Bahkan di waktu satu bulan ke belakang, MPPA juga mampu terbang hingga 273,91% yang membuatnya memperoleh dua kali suspensi.

Jika memang bakal ada pembelian saham MPPA sebelum IPO Gojek ini terjadi, maka tentu kehadiran Hypermart bakal melengkapi gurita bisnis ritel Gojek secara offline, setelah memiliki platform online Tokopedia. Akan seperti apa ke depannya? Patut dinantikan.

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar