Hal-Hal Penting Bagi Investor Saham Jika PPKM Darurat Diperpanjang

Terus bergerak melaju hingga akhirnya menembus 2,73 juta kasus per hari Jumat (16/7) sore, pandemi Covid-19 di Indonesia sepertinya belum terlihat ujungnya. Kondisi ini jelas bikin ketar-ketir sektor perekonomian, termasuk para investor saham. Apalagi kini dengan adanya wacana perpanjangan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat.

Seperti yang sudah Anda tahu, pemerintah telah memberlakukan PPKM Darurat di pulau Jawa – Bali sejak 3 Juli hingga 20 Juli 2021 pekan depan. Keputusan ini sendiri diambil karena wabah corona semakin menggila di kedua pulau tersebut. Bahkan ibukota DKI Jakarta hampir selalu menjadi penyumbang kasus positif dan kematian terbesar.

Namun kabar buruknya, PPKM Darurat ada kemungkinan bakal dipepanjang. Desas-desus PPKM Darurat hingga akhir Juli 2021 bahkan sampai empat pekan lagi begitu ramai diperbincangkan di media sosial. Dalam kondisi seperti ini, pasar modal pun akhirnya kembali bergejolak yang tentunya membuat banyak investor saham cemas.

Seperti saat PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) diberlakukan tahun 2020 lalu, banyak harga saham tergelincir turun termasuk IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Para investor saham yang merugi akhirnya turut menyumbang kondisi inflasi yang terus meningkat. Puncaknya, Indonesia akhirnya resmi masuk ke resesi ekonomi sejak November 2020.

Baca juga: Borong Saham MNC Bank, Intip Kinerja 8 Saham Ustaz Yusuf Mansur

Kini dengan penambahan Covid-19 sudah lebih dari 50 ribu kasus dalam waktu tiga hari terakhir, perpanjangan PPKM Darurat semakin ramai didengungkan. Apa yang harus dilakukan para investor saham supaya bisa bertahan? Terutama jika Anda adalah seorang investor pemula, tentu ada banyak hal yang wajib diperhatikan.

Pemerintah Siapkan Skenario PPKM Darurat Hingga Enam Pekan

skenario PPKM Darurat
© Tagar

Menyadari kalau kasus wabah corona sama sekali belum terkendali di Tanah Air, pemerintah sepertinya sudah memikirkan skenario terburuk. Dalam rapat kerjasama dengan Banggar (Badan Anggaran) DPR RI hari Senin (12/7) pekan lalu, Menkeu Sri Mulyani membeberkan kalau pemerintah telah menyiapkan skenario jika memang PPKM Darurat harus diperpanjang.

Adanya varian baru Covid-19 yakni Delta yang mengganas di Indonesia, enam pekan PPKM Darurat sepertinya bakal dipilih oleh pemerintah supaya mobilitas masyarakat menurun. Secara lugas, Menkeu Sri Mulyani membeberkan dampaknya ke sektor ekonomi seperti dilansir KompasMoney berikut ini:

  1. Tingkat konsumsi masyarakat bakal melambat karena banyak yang tidak bisa bekerja dan kehilangan penghasilan. Hal ini membuat pemulihan ekonomi Indonesia harus tertahan lagi
  2. Pertumbuhan ekonomi RI di kuartal III diprediksi bakal melambat ke kisaran empat sampai 5,4% saja

Dengan dua dampak terbesar itu, sektor investasi terutama pasar modal sudah pasti tak akan terlewatkan. Bukan tak mungkin jika akhirnya para investor saham memilih menahan ’belanja’ saham dan akhirnya memilih mengalihkan budget ke aset-aset safe haven seperti emas. Tak sedikit yang berharap juga kalau emas bisa menembus Rp1 juta per gram seperti 2020.

Pasar modal bukan tak mungkin kembali ambruk sehingga kalau Anda adalah investor saham pemula, ada baiknya benar-benar memperhatikan saham seperti apa yang wajib dikoleksi dan yang mana ada baiknya dilepas. Selagi berharap agar PPKM Darurat benar-benar bisa efektif dan tingkat vaksinasi makin tinggi, siapapun harus mengelola finansial secara tepat.

Jelang Akhir PPKM Darurat Dua Pekan, IHSG Menguat

IHSG menguat
© Validnews

Masih belum diputuskannya apakah PPKM Darurat bakal diperpanjang atau tetap sesuai jadwal, pasar modal sepertinya memilih untuk menanti. Pada penutupan hari Jumat (16/7) sore pekan lalu, IHSG ditutup menguat 0,43% atau sebesar 25,76 poin ke level 6.072,51.

Menurut M Alfatih selaku Analis Samuel Sekuritas kepada TempoBisnis, ada 259 saham yang menguat, 238 saham melemah dan 158 saham lainnya stagnan pada penutupan tersebut. Dalam sesi kedua juga tercatat aksi beli bersih investor asing di pasar reguler mencapai Rp629 miliar, sedangkan di pasar negosiasi mencapai Rp554,5 miliar.

Baca juga: HERO Tutup Semua Giant, Begini Kinerja 8 Saham Emiten Ritel Modern

Dari laporan itu, saham yang tercatat banyak dibeli asing adalah BBRI sebesar Rp83,8 miliar, INCO sebanyak Rp81,4 miliar dan ASII senilai Rp78,4 miliar. Sedangkan saham yang banyak dijual asing adalah ANTM sebesar Rp22,9 miliar, EMTK mencapai Rp20,1 miliar dan TOWR senilai Rp12,9 miliar. Kondisi ini sudah seharusnya jadi pertimbangan bagi investor saham lokal juga.

Jika ada emiten yang melonjak cukup tinggi, adalah milik perusahaan angkutan batubara yakni PT Batulicin Nusantara Mandiri. Emiten saham berkode BESS yang dicatat menurun pada sesi pertama hari penutupan pekan ketiga Juli itu, justru langsung melonjak di sesi kedua dengan kenaikan 24,3% ke level Rp995.

Tak sendiri, saham milik distributor migas AKR Corporindo juga naik 3,6% di sesi pertama dan 9,8% di sesi kedua pada hari yang sama. Kenaikan saham emiten berkode AKRA ini diduga kuat karena kontrak kerjasama yang ditandatangi oleh Freeport Indonesia dan PT Chiyoda International Indonesia. Kedua perusahaan itu akan membangun smelter logam mulia Freeport di JIIPE (Java Integrated Industrial and Port Estate).

Sekadar informasi, AKRA adalah pemilik saham mayoritas JIIPE. Naiknya BESS dan AKRA akhirnya membuat kinerja indeks sektor energi (IDXENERGY) cukup menggembirakan, karena menjadi indeks sektoral yang paling besar menguatnya. Namun ada yang menguat, ada juga yang ambrol. Di mana pergerakan saham muram dirasakan emiten-emiten sektor ritel.

Sektor ritel seperti LPPF (-1,38%), MPPA (-3,2%), ACES (-3%), ERAA (-4,13%) dan RALS (-2,4%) memang menjadi sedikit dari banyaknya emiten yang benar-benar terpukul karena PPKM Darurat. Kini dengan isu perpanjangan PPKM Darurat, ada baiknya Anda sebagai investor saham mempertimbangkan pembelian saham emiten ritel.

PPKM Darurat Tetap Menghantui Investor Saham

ppkm darurat hantui
© VectorStock/MicroOne

Namun kendati ditutup menguat kemarin, tampaknya prediksi kalau IHSG akan terus menurun seiring dengan isu perpanjangan PPKM Darurat bisa saja terjadi. Dennies Christoper selaku Analis Artha Sekuritas Indonesia bahkan menyebutkan kalau IHSG akan melemah karena bagaimanapun juga, PPKM Darurat akan membuat pemulihan ekonomi kuarta III-2021 melambat yang berimbas ke kinerja emiten-emiten pasar modal.

Hal ini jelas membuat investor saham harus lebih berhati-hati, meskipun turunnya IHSG bisa membuat ada banyak saham yang harganya tengah melemah sehingga momen tepat untuk berbelanja. Dennies sehari sebelum penutupan pekan ketiga Juli, memperkirakan kalau IHSG akan diperdagangkan di level support 5.960 – 6.003 dan resistance 6.067 – 6.088.

Prediksi ini muncul karena bagaimanapun juga pergerakan IHSG turut dipengaruhi oleh kinerja bursa asing, termasuk bursa saham global. Di mana kondisi bursa saham Amerika Serikat ternyata cukup variatif. Dilansir Medcom, indeks Dow Jones meningkat 0,15% sedangkan Nasdaq dan S&P 500 sama-sama melemah dengan besaran masing-masin 0,7% serta 0,33%.

Baca juga: Bakal Terjadi di 2021, IPO Gojek Terbesar Dalam Sejarah Indonesia?

Menurut Dennies, kondisi campur aduk yang dialami investor saham di Wall Street ini karena saham Apple, Amazon dan emiten-emiten teknologi raksasa lainnya ikut melemah. Bukan itu saja, banyak investor yang cemas dengan kemungkinan inflasi yang kembali melonjak, kendati pengangguran diklaim menurun.

Kembali lagi ke kondisi IHSG, Hendri Widiantoro selaku Equity Analyst dari Edrhika Elit Sekuritas kepada Sindonews juga punya pendapat lain. Menurutnya, kenaikan harga IHSG pada penutupan pekan kemarin hanyalah konsolidasi semata di kisaran 6.050 – 6.100 saja. Karena menurut Hendri, sentimen diperpanjang atau tidaknya PPKM Darurat masih menghantui.

Dengan pemerintah yang belum memberikan informasi pasti, bukan tak mungkin kalau laju pergerakan IHSG masih ada di level konsolidasi. Sedangkan untuk kondisi pasar modal di pekan keempat bulan Juli, investor saham ada baiknya menanti karena besar kemungkinan IHSG tak bergerak jauh. Untuk itulah aksi profit-taking masih kecil kemungkinannya terjadi.

Bukan hanya itu saja, Hendri juga menilai kalau investor saham akan terus menanti hasil BI (Bank Indonesia) 7-DRRR yang tentunya akan berpengaruh ke pasar modal.

Hanya saja prediksi berbeda justru diungkapkan oleh Kiswoyo Adi Joe selaku Head of Investment PT Reswara Gian Investa. Dilansir Kontan, Kiswoyo justru menilai kalau PPKM Darurat tidak akan diperpanjang dan hanya akan kembali menjadi PPKM Mikro saja. Karena kemungkinan itu juga, IHSG cenderung tidak melemah selama PPKM Darurat, berbeda dengan saat PSBB di tahun 2020.

Kiswoyo menilai kalau pergerakan IHSG saat ini lebih dipengaruhi ekspektasi pelaku pasar termasuk investor saham secara jangka panjang, alih-alih saat ini. Di mana para pelaku pasar modal masih cukup optimis selama enam bulan ke depan.

Apalagi minimnya sentimen negatif di tingkat global, adanya calon-calon emiten yang hendak IPO (Initial Public Offering) alias melantai di pasar modal termasuk raksasa marketplace Bukalapak, membuat IHSG mempunyai peluang cerah. Belum lagi semakin digenjotnya vaksinasi di kalangan masyarakat Indonesia, adalah harapan baik secara jangka panjang bagi investor saham.

Tak heran kalau akhirnya Kiswoyo memperkirakan jika IHSG bakal ada di kisaran level 6.250 di sepanjang Juli. Kalaupun melemah, level terbawah adalah 5.850 – 5.900. Sedangkan di akhir sisa tahun 2021, Kiswoyo memprediksi kalau IHSG bisa saja mencapai level 6.800 kendati bakal tetap diikuti kinerja naik-turun.

Meskipun pergerakan IHSG begitu dipengaruhi oleh data perkembangan pandemi Covid-19, bagi Kiswoyo itu semua hanyalah pengaruh sesaat. Kiswoyo justru menyarankan agar investor saham membeli sejumlah saham blue chip dengan valuasi raksasa yang bisa menggerakkan IHSG, seperti BBCA, BBRI, TLKM, ASII, INDF dan ICBP.

Jika PPKM Darurat Diperpanjang, Ini Saham yang Harus Diwaspadai

potensi saham PPKM Darurat
© Validnews

Berkaca pada kondisi pasar modal yang masih terombang-ambing, Aqil Triyadi selaku Analis PT MNC Sekuritas menilai kalau tak ada perbedaan signifikan baik trading harian. Di mana emiten-emiten big cap tak terlalu bergerak signifikan, sementara emiten small cap justru berpeluang memberikan cuan para investor saham.

Baca juga: Ungkap Rencana Bisnis, Saham TLKM Melambung di Pasar Modal

Sekadar informasi, saham big cap adalah emiten dengan kapitalisasi pasar lebih dari Rp100 triliun. Sedangkan emiten-emiten second liner alias mid-cap stocks punya kapitalisasi pasar Rp500 miliar – Rp10 triliun. Terakhir untuk emiten small-cap yang sering dijuluki junk stocks, mencatat kapitalisasi pasar di bawah Rp500 miliar, seperti dilansir CNBC Indonesia.

“Di tengah IHSG yang bergerak dengan pola sideways (menyamping), investor saham harus berhati-hati. Emiten yang terdampak PPKM Darurat ada baiknya dihindari karena tak ada yang tahu kapan pandemi Covid-19 usai. Pembatasan kegiatan sosial membuat emiten ritel dan properti tetap sulit bergerak meskipun bisa berjualan online. Sehingga PWON, RALS, CTRA termasuk yang dihindari,” papar Aqil panjang lebar.

Sementara itu menurut Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas kepada Okezone, ada dua sektor yang bisa diperhatikan investor saham saat PPKM Darurat bakal diperpanjang. Kedua sektor yang menarik itu adalah telekomunikasi dan infrastruktur. Bagaimana? Tertarik untuk mencoba strategi lain di pasar modal pada pekan-pekan terakhir bulan Juli ini?

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar