Ada Varian Baru Covid-19, Seperti Ini Performa Emiten Saham Minyak

Tanpa terasa pandemi Covid-19 sudah hampir dua tahun melanda Indonesia. Tentu jika melihat apa yang terjadi pada Mei-Juli 2021 kemarin, tak akan ada yang berharap bakal terulang. Kini berangsur-angsur wabah corona mulai terkendali di Tanah Air dan berimbas positif ke perekonomian. Salah satunya adalah pergerakan di pasar modal termasuk sejumlah emiten saham minyak.

Sekadar informasi, Indonesia sendiri kini sudah terbebas dari status wilayah berisiko tinggi alias zona merah, dan menjadi wilayah berisiko sedang atau zona oranye. Pencapaian ini sendiri diungkapkan oleh Satgas Penanganan Covid-19 pada hari Jumat (26/11) ini, seperti dilansir CNBC Indonesia. Tercatat kini ada 37 kabupaten/kota di Indonesia yang sama sekali tak ada penambahan Covid-19.

Kini jelang akhir tahun 2021, pemerintah Indonesia memang memandang optimis perekonomian yang berangsur-angsur pulih. Berbagai harapan jika tahun 2022 bakal jauh lebih baik tentu banyak diutarakan. Optimisme ini juga sampai diungkapkan oleh Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan kepada Kompas. Menurut Luhut, sudah lebih dari 126 hari Covid-19 sangat terkendali di Tanah Air.

Baca juga: Diborong Konglomerat, Intip Kinerja Saham Emiten Rumah Sakit

Kendati terdengar mampu mengontrol wabah corona, sepertinya pemerintah Indonesia belum mau bertindak gegabah termasuk dalam hal kebijakan di sektor ekonomi. Apalagi saat ini kabarnya muncul varian baru Covid-19 yang tentunya dicemaskan bisa memberikan pengaruh ke pergerakan pasar modal, termasuk emiten saham minyak yang selama ini mencatat penguatan.

Siaga Varian Baru, Emiten Saham Minyak Terpuruk?

varian baru Covid-19
via Revinc

Sebagai salah satu komoditas yang sangat diperlukan manusia di berbagai belahan dunia, pergerakan harga minyak ternyata juga dipengaruhi perkembangan pandemi Covid-19. Terbaru Reuters melaporkan jika harga minyak anjlok lebih dari dua persen pada perdagangan hari Jumat (26/11). Kenapa begitu? Adanya kecemasan pasukan minyak global yang berlebihan.

Kekhawatiran ini diperkirakan bakal terjari pada kuartal pertama tahun 2022 nanti setelah adanya aksi pelepasan cadangan minyak mentah oleh Amerika Serikat. Hal ini membuat harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2022 terjun 2,1% jadi US$80,53 per barel. Hal yang sama rupanya juga dialami minyak mentah jenis WTI (West Texas Intermediate).

Menurut Kelvin Wong selaku analis CMC Markets, kemungkinan turunnya harga minyak di pasar keuangan ini karena tingginya kecemasan atas varian baru Covid-19. Diperparah dengan liburan Thanksgiving di Negeri Paman Sam, membuat banyak pelaku pasar yang absen. Namun tampaknya aksi pelepasan jutaan barel minyak cadangan AS termasuk yang menjadi faktor terkuat.

Karena ketika langkah itu dilakukan, maka akan ada pasokan minyak mentah yang membanjiri pasar. Tak heran kalau akhirnya ECB (Economic Comission Board) alias Dean Komisi Ekonomi memprediksi bakal ada surplus 400 ribu bph (barel per hari) pada Desember 2021 ini. Bahkan nanti di Januari 2022, jumlahnya bakal jadi 2,3 juta bph dan sampai 3,7 juta bph di Februari 2022.

Sementara itu lepas dari prediksi anjloknya harga minyak mentah global, Hong Kong dilaporkan baru saja mendeteksi kasus Covid-19 varian Botswana atau yang dikenal dengan nama B.1.1.529. Lantaran dianggap berpeluang punya banyak mutasi, kini negara-negara di dunia kembali memperketat batas wilayahnya demi menghindari masuknya varian yang diduga kuat bakal diberi nama Nu itu.

Baca juga: Mengintip Pergerakan Saham-Saham LQ45 ‘Termahal’ di BEI

Inilah Performa 7 Emiten Saham Minyak di BEI

harga emiten minyak
© ROB HOMER/GETTY IMAGES

Dilansir CNN Indonesia, varian B.1.1.529 dikabarkan mempunyai 32 mutasi protein, jauh lebih banyak daripada varian Delta yang sempat menghantam Indonesia dengan 13-17 mutasi. Kondisi ini jelas membuat banyak investor ketar-ketir, ditambah dengan berbagai situasi termasuk suplai minyak mentah berlebihan, membuat emiten saham minyak memang patut waspada.

Bagi Anda yang berminat mengoleksi emiten saham minyak, ada baiknya mengamati pergerakannya di pasar modal berikut ini:

1. AKRA – PT AKR Corporindo Tbk

Berdiri pada tahun 1977, anak perusahaan PT Arthakencana Rayatama ini merupakan emiten saham minyak yang ada di Papan Utama. Menawarkan sub sektor minyak, gas dan batu bara, perusahaan yang bidang usaha utamanya distribusi bahan kimia ini mencatat harga saham di level 4.130 pada penutupan hari Jumat (26/11) sore.

Mempunyai kapitalisasi pasar sebesar Rp16,58 triliun, AKRA sepertinya belum beranjak dari zona merah dalam satu pekan hingga sebulan terakhir. Hanya saja jika melihat pergerakannya dalam kurun waktu enam bulan hingga satu tahun ke belakang, AKRA justru bisa dibilang mencatat pergerakan yang positif. Di mana raihan tertingginya terjadi pada 25 Oktober kemarin di level 4.690.

2. MEDC – PT Medco Energi Internasional Tbk

Didirikan oleh Arifin Panigoro pada tahun 1980 lalu, Medco Energi bisa dibilang sebagai salah satu perusahaan perminyakan yang cukup sukses di Indonesia. Per tahun 2019 lalu, ada lebih dari 4.000 karyawan dengan pendapatan US$1,438 miliar yang dicatat Medco Energi. Tak heran kalau emiten saham minyak ini punya kapitalisasi pasar Rp12,47 triliun.

Sebagai emiten Papan Utama, saham MEDC dilaporkan melemah 4,62% saat penutupan hari Jumat (26/11) sore di level 496. Berbeda dengan AKRA yang mencatat pergerakan positif dalam kurun waktu 6-12 bulan ke belakang, MEDC justru belum beranjak dari zona merah. Satu-satunya raihan terbaik MEDC sudah terjadi pada 18 Mei 2021 lalu di level 760 lalu kemudian turun lagi.

Meskipun begitu MEDC mampu bangkit hingga ke level 750 pada 14 Juni 2021 yang justru kemudian anjlok. Titik terendah MEDC dalam setahun terakhir sudah terjadi pada 19 Agustus kemarin di level 434.

Baca juga: Covid-19 Tembus 2 Juta, Ini 8 Rekomendasi Saham Tetap Cuan!

3. ELSA – PT Elnusa Tbk

Bergerak di sub sektor minyak, gas dan batu bara, Elnusa adalah emiten Papan Utama yang memiliki bidang usaha utama pada jasa energi. Bisa dibilang Elnusa merupakan satu-satunya perusahaan nasional yang menguasai kompetensi di bidang jasa minyak dan gas bumi. Beberapa layanan yang ditawarkan seperti jasa seismic, pengeboran hingga pengelolaan lapangan minyak.

Berdiri tahun 1969, ELSA tercatat mempunyai kapitalisasi pasar sebesar Rp2,07 triliun. Keberadaan ELSA sendiri dalam emiten saham minyak memang patut diamati meskipun pada penutupan hari Jumat (26/11) sore, justru melemah 2,74% ke level 284. Dari catatan BEI (Bursa Efek Indonesia), ELSA memang belum berhasil beranjak dari zona merah hingga setahun terakhir.

Posisi terbaik ELSA di sepanjang 2021 ini justru sudah terjadi pada 13 Januari silam di level 498. Sedangkan titik terendahnya pada 20 Agustus lalu di level 244. Setelah sempat menyentuh posisi 338 pada 18 Oktober lalu, ELSA justru teros merosot hingga akhir November ini.

4. ENRG – PT Energi Mega Persada Tbk

Dibandingkan emiten saham minyak lainnya, ENRG memang bisa dibilang salah satu yang paling ‘muda’. Baru berdiri sejak tahun 2001, Energi Mega Persada baru tercatat di lantai BEI pada tahun 2004. Sebagai emiten Papan Pengembangan, ENRG mempunyai kapitalisasi pasar Rp2,83 triliun. Untuk sahamnya sendiri, terkoreksi 2,56% saat penutupan Jumat (26/11) sore di level 114.

Untuk pergerakan di lantai bursa, ENRG memiliki kesamaan dengan AKRA yakni meskipun tercatat di zona merah pada sepekan dan sebulan terakhir, ternyata kondisinya dalam kurun waktu 12 bulan ke belakang cukup aman. Perusahaan yang memiliki bidang usaha utama eksplorasi dan produksi migas ini mencatat posisi terbaik pada 13 Januari 2021 di level 171,04.

5. PGAS – PT Perusahaan Gas Negara Tbk

Memiliki total lebih dari 3.119 karyawan per tahun 2019, Perusahaan Gas Negara (PGN) adalah salah satu emiten saham minyak yang sukses. Berada di Papan Utama, emiten yang punya bidang usaha utama distribusi dan transmisi gas bumi dengan sub sektor migas ini serta batu bara ini tercatat punya kapitalisasi pasar sebesar Rp37,82 triliun.

Dengan laba bersih US$113 juta per tahun 2019, tak heran kalau PGAS termasuk salah satu saham buruan di BEI. Untuk performanya pada Jumat (26/11) sore tadi, PGAS ditutup melemah 4,29% ke level 1.560. Namun jika melihat pergerakannya mulai dari sepekan hingga setahun terakhir, PGAS patut berbangga karena konsisten di zona hijau.

6. APEX – PT Apexindo Pratama Duta Tbk

Anak perusahaan PT Aserra Capital ini ternyata sudah berdiri sejak tahun 1984. Berasal dari Papan Pengembangan, emiten saham minyak ini memang bergerak di bidang pengeboran minyak, gas dan panas bumi. Mempunyai kapitalisasi pasar Rp1,42 triliun, APEX tercatat melemah 2,73% pada hari Jumat (26/11) sore di level 535.

Tidak berbeda jauh dengan emiten saham minyak lainnya dalam daftar, performa APEX di lantai bursa memang masihlah muram. Ada di zona merah hingga enam bulan terakhir, APEX justru mencatat area hijau jika dilihat dalam waktu 12 bulan ke belakang. Posisi terbaik APEX di BEI sepanjang tahun ini sudah terjadi pada 29 April lalu di level 1.100. Sayang sejak raihan tertinggi itu, APEX berangsur-angsur melemah hingga tak pernah mampu melampaui batas level 600.

Baca juga: Merger Gojek – Tokopedia, 8 Emiten Saham Teknologi Langsung Cuan?

7. RUIS – PT Radiant Utama Interinsco Tbk

Berasal dari Papan Pengembangan, RUIS adalah emiten saham minyak yang memiliki bidang usaha utama sebagai kontraktor penambangan pada sub sektor minyak, gas dan batu bara. Sekadar informasi, Radiant saat ini memiliki dua anak perusahaan yakni PT Supraco Indonesia dan PT Radiant Tunas Interinsco. Untuk kapitalisasi pasarnya sendiri, RUIS bisa dibilang tidak ‘cukup besar’.

Di mana RUIS mencatat market cap Rp181,72 miliar hingga sejauh ini. Untuk pergerakannya di lantai BEI, RUIS ditutup melemah 1,67% ke level 236 pada Jumat (26/11) sore. Berbeda dengan emiten minyak lainnya, RUIS justru memiliki performa memuaskan pada satu pekan hingga sebulan terakhir. Sedangkan dalam 12 bulan ke belakang, RUIS masih di zona merah.

8. BIPI – PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk

Nah posisi terakhir dalam daftar emiten saham minyak yang bisa Anda pertimbangkan adalah BIPI. Dimiliki oleh Astrindo Nusantara, BIPI ternyata sudah berdiri sejak tahun 2007 lalu yang artinya lebih muda daripada emiten ENRG. Berada di Papan Pengembangan, BIPI membuktikan kalau mereka adalah produsen minyak bumi mentah dan gas alam yang bisa dipilih investor saham.

Dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp2,23 triliun, BIPI ditutup melemah 1,96% pada hari Jumat (26/11) ke level 50. Lantaran masih dalam kategori saham ‘gorengan’, Anda tentu wajib mewaspadai jika ingin membeli BIPI.

Bagaimana? Sangat menarik sekali bukan membahas sederet emiten saham minyak? Tentu dengan kondisi perekonomian dunia saat ini dan melihat bagaimana pergerakannya di pasar modal, Anda tentu dapat mempertimbangkannya dengan matang. Intinya, pelajari fundamental saham supaya Anda tidak merugi.

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar