HERO Tutup Semua Giant, Begini Kinerja 8 Saham Emiten Ritel Modern

Kabar mengejutkan datang dari sektor ritel modern. Terbaru, PT Hero Supermarket Tbk (HERO), mengumumkan bakal menutup seluruh gerai Giant di Indonesia pada akhir Juli 2021. Informasi yang resmi dikabarkan pada Selasa (25/5) kemarin ini membuat performa sejumlah saham emiten ritel modern ikut bergejolak.

Dalam keterangan resminya, Patrik Lindvall selaku Presiden Direktur HERO menjelaskan jika keputusan ini memang diambil perusahaan agar tetap bisa beradaptasi dengan dinamika pasar serta tren para konsumen yang berubah. Menurunnya minat masyarakat Indonesia para format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir, membuat gerai Giant akhirnya tutup usia.

Dalam situs resminya, Giant tersebar di 96 daerah seluruh Indonesia dengan total 100 toko dan 14 ribu karyawan. Ada tiga format tampilan gerai Giant yakni Giant Ekstra, Giant Ekspress dan Giant Mart. HERO memilih fokus mengembangkan IKEA, Guardian dan Hero Supermarket yang lebih menjanjikan. Bahkan lima gerai Giant dikabarkan akan berubah jadi IKEA.

Baca juga: Bakal Terjadi di 2021, IPO Gojek Terbesar Dalam Sejarah Indonesia?

Handrianus Wahyu Trikusumo selaku Direktur Hero Supermarket, pernah menjelaskan bahwa HERO sejak beberapa tahun lalu sebetulnya sudah menutup sejumlah gerai Giant. Efisiensi ini bertujuan agar HERO tetap bisa mengembangkan bisnis, apalagi IKEA dan Guardian dilaporkan mencatat kinerja baik sekalipun saat pandemi Covid-19.

Giant Susul Peritel yang Tutup Selama Covid-19

outlet Giant di Kebonsari - Malang
© malangchannel

Keputusan HERO untuk menutup seluruh Giant di Indonesia sepertinya dianggap sebagai kemuraman oleh Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia). Roy Nicholas Mandey selaku Ketua Umum Aprindo kepada Sindonews bahkan mengaku berduka karena situasi ritel modern kini makin rawan. Menurut Roy, keputusan HERO ini adalah bukti kalau industri ritel modern sedang ada di titik nadir.

“Bila tidak ada perhatian serius dari pemerintah untuk memberikan relaksasi atau insentif pada sektor ritel, maka yang terjadi pada Giant ini bisa terjadi pada pelaku ritel modern lainnya di Indonesia. Ritel modern ini tempat terciptanya konsumsi rumah tangga yang membentuk PDB nasional sebesar 57,6%.

Ritel modern ini sektor yang harus buka tiap hari setelah rumah sakit, demi memenuhi kebutuhan masyarakat tapi kita justru tak masuk sektor prioritas,” papar Roy panjang lebar.

Bahkan jika dalam enam bulan ke depan tak ada dukungan dari pemerintah, Roy tak segan menyebut kalau di akhir 2021 ini akan ada banyak lagi pelaku sektor ritel modern yang tumbang. Apa yang diungkapkan Roy ini memang bukan sekadar gertak sambal, karena bahkan setidaknya ada empat perusahaan ritel yang mengalami nasib buruk selama pandemi Covid-19.

Mulai dari PT Matahari Department Store Tbk yang pada April 2021 memutuskan menutup 13 gerai di tahun ini. Lalu ada department store asal London yakni Debenhams yang resmi menutup permanen gerainya di tahun 2020. Peritel fashion seperti Centro juga mulai menutup gerai mereka di Plaza Ambarukmo Yogyakarta pada pertengahan Maret 2021.

Penutupan Centro ini setelah sang pengelola PT Tozy Sentosa, digugat pailit oleh para pemasok di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, seperti dilansir Tempo. Ada juga pusat perbelanjaan di kawasan Gunung Sahari, Golden Truly, sudah tutup sejak awal Desember 2020 dan beralih ke platform online di Tokopedia dan Shopee.

Imbas Tutupnya Giant, Bagaimana Nasib Saham Emiten Ritel Modern?

Dengan semakin bertumbangnya gerai-gerai ritel, pertanyaan terbesar mengenai nasib saham emiten ritel modern juga jadi perbincangan di lantai bursa. Menurut Andreas Kenny selaku analis Danareksa Sekuritas, sektor ritel memang sempat pulih karena jumlah kasus positif Covid-19 menurun dan vaksinasi berjalan yang membuat kepercayaan konsumen meningkat.

Baca juga: Ungkap Rencana Bisnis, Saham TLKM Melambung di Pasar Modal

Agar semakin yakin, yuk intip kinerja sejumlah saham dari emiten ritel modern berikut ini setelah imbas pengumuman tutupnya seluruh gerai Giant di Indonesia:

1. RALS – PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk

Berdiri sejak tahun 1978, RALS adalah jaringan toko swalayan yang punya kapitalisasi pasar Rp4,79 triliun. Emiten ritel modern ini sendiri berada di Papan Utama yang juga terkena imbas pandemi Covid-19. Dalam enam tahun terakhir, performa RALS bahkan masih di zona merah.

Sejak awal pekan ini, RALS memang cukup muram. Dibuka di level 685 pada hari Senin (24/5) pagi, RALS bahkan turun lagi jadi 665. Sempat menguat ke 680 di hari Selasa (25/5) pagi, emiten ini justru ditutup melemah 0,74% (5 poin) ke level 675 pada Selasa (25/5) sore kemarin.

2. ACES – PT Ace Hardware Indonesia Tbk

PT Ace Hardware Indonesia Tbk
© vibiznews

Punya kapitalisasi pasar sebesar Rp24,18 triliun, perusahaan yang berdiri pada tahun 1995 ini fokus menjual barang kebutuhan rumah tangga dan gaya hidup. Sebagai emiten ritel modern di Papan Utama, kinerja ACES selama enam bulan terakhir memang suram. ACES bahkan terpuruk di level 1.405 pada 13 April 2021 kemarin.

Untuk lima hari ke belakang, ACES sempat mencapai 1.470 sebanyak dua kali yakni 19 Mei dan 21 Mei. Namun di awal pekan, ACES justru dibuka di level 1.440 (24 Mei) dan malah anjlok ke level 1.410 di hari Selasa (25/5) sore kemarin alias melemah 0,70% (10 poin).

3. LPPF – PT Matahari Department Store Tbk

PT Matahari Department Store Tbk
© VOI.id

Berbeda dengan emiten ritel modern lain, LPPF justru melambung saat HERO mengumumkan penutupan Giant kemarin. Di waktu yang sama yakni pukul 11.00, LPPF ada di level 1.830 pada hari Senin (24/5) dan jadi 2.010 pada hari Selasa (25/5), kendati ditutup ke level 1.815.

Untuk kinerjanya selama enam bulan terakhir, emiten Papan Utama ini bahkan ada di zona hijau. Posisi terendah LPPF terjadi di level 1.050 (28 Januari) dan tertinggi menyentuh 1.965 (23 April). LPPF dilaporkan punya kapitalisasi pasar sebesar Rp4,77 triliun.

Baca juga: Indofood Borong Saham Fritolay, Cheetos Hengkang dari Indonesia

4. MPPA – PT Matahari Putra Prima Tbk

PT Matahari Putra Prima Tbk
© suaradewan

Berada di zona hijau selama sepekan terakhir, MPPA sanggup ke level 1.165 pada hari Senin (24/5) kemarin. Sempat dua kali anjlok di hari Selasa (25/5) yakni ke level 1.135 dan 1.125, MPPA ditutup melemah 0,43% (5 poin) dari hari sebelumnya yakni di level 1.150. Hanya saja jika dibandingkan dengan Giant, kinerja emiten yang memiliki jaringan Hypermart ini lebih positif.

Dalam enam bulan terakhir, emiten Papan Utama ini bahkan selalu ada di zona hijau. Sejak bulan Februari, bisa dibilang MPPA terus menanjak dari level 139 (1 Februari) sampai tertinggi di level 1.155 pada hari Senin (24/5) kemarin.

5. MAPI – PT Mitra Adiperkasa Tbk

PT Mitra Adiperkasa Tbk
© Youtube/MySX30

Berdiri pada tahun 1990, MAPI bertumbuh sangat pesat sebagai peritel gaya hidup terkemuka di Tanah Air. Punya lebih dari 2.000 gerai, MAPI adalah pengelola dari brand Starbucks, Zara, Marks & Spencer, Sogo, Reebok dan Burger King di Indonesia. Ada lebih dari 22 ribu karyawan, MAPI tercatat punya kapitalisasi pasar hingga Rp11,87 triliun.

Hanya saja sepekan terakhir, kinerja emiten MAPI cukup muram bahkan sampai terperosok ke level 700 hari Senin (24/5) pagi. Mencapai level 765 (19 Mei), MAPI justru ditutup melemah 1,38% (10 poin) ke level 715 pada hari Selasa (25/5) sore.

6. AMRT – PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk

gerai Alfamart

Emiten ritel modern dari Papan Utama yang justru meraih kinerja positif selama sepekan terakhir adalah AMRT. Pengelola jaringan toko swalayan Alfamart ini bahkan cuma sekali terperosok ke level 880 (19 Mei). Bahkan di penutupan hari Selasa (25/5) kemarin, AMRT menguat 3,31% (30 poin) ke level 935.

Jika banyak peritel modern yang merasa terpukul dengan pandemi Covid-19, kinerja AMRT di bursa saham justru masih ada di zona hijau. AMRT bahkan mencapai posisi tertingginya di level 1.065 (1 Maret 2021) dan terendah di level 660 (24 September 2020).

7. RANC – PT Supra Boga Lestari Tbk

gerai 99 Ranch Market
© supermarketnews

Pengelola jaringan supermarket 99 Ranch Market dan Farmers Market ini tercatat punya kapitalisasi pasar Rp1,19 triliun. Meskipun ditutup melemah 5,59% (45 poin) ke level 760, RANC justru mencatat kinerja zona hijau selama sepekan terakhir. Pada pembukaan hari Senin (24/4) pagi, RANC justru nyaman di level 830.

Baca juga: Negara-Negara yang Alami Resesi Ekonomi Akibat Covid-19

8. DNET – PT Indoritel Makmur Internasional Tbk

lampu neon gerai Indomaret
© cermati

Berbeda dengan kinerja Alfamart sang kompetitor, jaringan swalayan Indomaret yang merupakan perusahaan asosiasi emiten DNET justru tampak tertekan. Apalagi Indomaret kini terancam bakal diboikot FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia). Hal ini karena anggota FSPMI yakni Anwar Bessy dijadikan tersangka karena menuntut THR 2020 dari Indomaret.

DNET sendiri melemah 1,52% (50 poin) pada hari Selasa (25/5) sore ke level 3.250. Kendati begitu dalam sebulan terakhir, emiten ritel modern dengan kapitalisasi pasar Rp46,10 triliun itu mencatat kinerja positif. Sempat terpuruk ke level 3.150 (30 April), DNET bisa mencapai 3.380 pada 10 dan 17 Mei, meskipun performanya setahun terakhir masihlah muram.

Kesimpulan

Bagaimana? Ternyata tidak semua emiten ritel modern terkena dampak buruk lantaran HERO memutuskan menutup semua gerai Giant, kan? Ada beberapa peritel yang justru mampu menunjukkan kinerja positif, terutama dari kalangan peritel kelas menengah. Hal ini membuktikan kalau denyut bisnis barang eceran masihlah menjanjikan.

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar