Cara Melihat Valuasi Perusahaan: Panduan Analisis Fundamental Saham

Definisi Analisis Fundamental Saham. Analisis fundamental saham merupakan metode yang mengkaji kondisi inti (fundamental) suatu perusahaan, termasuk rasio keuangan perusahaan tersebut.

Analisis fundamental saham umumnya digunakan untuk membuat keputusan dalam hal pembelian atau penjualan saham untuk tujuan jangka panjang.

Melalui analisis fundamental, kita dapat memahami lebih baik tentang saham suatu perusahaan. Sebagai investor, sangat penting bagi kita untuk memahami apa yang kita beli dan mengetahui apa yang kita jual.

Pendekatan Analisis Fundamental Saham

Top Down Approach Pendekatan top down merupakan analisis yang dimulai dari kondisi ekonomi makro, sektor industri, dan kemudian kondisi perusahaan. Berikut ini langkah-langkah analisis fundamental dengan menggunakan metode top down approach.

Situasi Makro Ekonomi Faktor ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi pemerintah, seperti kebijakan suku bunga.

Ketika suku bunga tinggi, investor cenderung menempatkan uang mereka di bank, yang mengakibatkan hambatan pada pertumbuhan bisnis perusahaan.

Sebaliknya, jika suku bunga rendah, saham menjadi pilihan utama bagi investor, dan perusahaan akan lebih aktif dalam menjalankan bisnis.

Pertumbuhan ekonomi juga mempengaruhi harga saham; jika ekonomi mengalami kemunduran, kinerja perusahaan akan menurun, menyebabkan harga saham turun.

Jika ekonomi membaik, prospek perusahaan akan menjadi lebih baik, begitu pula dengan harga sahamnya. Stabilitas politik juga mempengaruhi kondisi bisnis dan harga saham.

Kondisi Sektor dan Industri Kondisi industri tempat suatu perusahaan beroperasi juga mempengaruhi fluktuasi harga saham perusahaan tersebut.

Industri yang mengalami pertumbuhan pesat akan meningkatkan harga saham perusahaan yang bergerak di industri tersebut.

Sebagai contoh, sektor pertambangan pada tahun 2007 mengalami kenaikan harga komoditas yang tajam karena harga minyak dunia meningkat drastis.

Harga saham perusahaan tambang batubara dan minyak naik tajam akibat pendapatan yang meningkat dan laba yang semakin besar.

Namun, ketika pada tahun 2015 harga minyak dunia turun hingga titik terendah, harga saham perusahaan pertambangan mengalami penurunan hingga banyak yang turun secara drastis.

Kondisi Fundamental Perusahaan Kondisi fundamental perusahaan tentu mempengaruhi pergerakan harga saham. Pertanyaan yang perlu dicermati adalah apakah perusahaan memiliki manajemen yang solid dan profesional?

Bagaimana kondisi keuangan perusahaan?

Apakah manajemen dijalankan oleh orang-orang yang jujur dan beretika?

Aspek-aspek tersebut sangat penting untuk menilai sejauh mana fundamental perusahaan baik. Perusahaan dengan fundamental yang kuat biasanya memiliki harga saham yang baik.

Analisis Fundamental Saham

Nilai Intrinsik dan Rasio Keuangan Setelah menerapkan pendekatan analisis Top Down Approach, langkah selanjutnya yang penting adalah mengkalkulasi harga yang wajar (fair price) atau nilai intrinsik saham.

Cara Melihat Valuasi Perusahaan Panduan Analisis Fundamental Saham
Cara Melihat Valuasi Perusahaan Panduan Analisis Fundamental Saham

Nilai wajar ini kemudian akan dibandingkan dengan harga pasar saham. Keputusan transaksi pembelian atau penjualan saham didasarkan pada perbandingan antara nilai wajar dan harga pasar saham.

Untuk menghitung nilai wajar, kita perlu memperkirakan arus kas yang akan dihasilkan oleh perusahaan mulai dari sekarang dan seterusnya.

Arus kas ini berasal dari laba bersih usaha. Arus kas ini kemudian dievaluasi dalam nilai saat ini dan dijumlahkan untuk mendapatkan nilai wajar. Metode ini diperkenalkan oleh Benjamin Graham, penulis buku The Intelligent Investor.

Perusahaan sekuritas biasanya memiliki analis saham yang mengkalkulasi nilai wajar saham. Analisis ini dilakukan secara berkala karena kondisi makro dan mikro perusahaan akan terus mengalami perubahan.

Analis-analis ini memiliki spesialisasi dalam sektor industri tertentu untuk meningkatkan akurasi analisis mereka.

Secara umum, harga saham dapat diprediksi dengan menganalisis data keuangan yang tersedia.

Untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan, investor dapat menggunakan laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu atau selama periode waktu tertentu.

Laporan keuangan perusahaan yang sering dianalisis meliputi laporan neraca dan laporan laba rugi. Neraca menunjukkan seluruh aset yang dimiliki perusahaan pada titik waktu tertentu dan sumber modal untuk membeli aset tersebut.

Secara berkala, perusahaan publik yang terdaftar di bursa diwajibkan untuk mempublikasikan laporan keuangan mereka.

Ada 6 rasio keuangan penting dalam analisis fundamental yang sering digunakan oleh analis fundamental dalam memilih saham, yaitu:

1. EPS (Earning Per Share)

Rasio pertama adalah EPS, singkatan dari Earning Per Share, yang berarti laba bersih per lembar saham.

Jika EPS bernilai Rp 100, artinya setiap lembar saham menghasilkan laba sebesar Rp 100. Cara menghitung EPS adalah dengan membagi jumlah laba bersih dengan jumlah lembar saham beredar. Rumus menghitung EPS adalah:

EPS = Laba Bersih : Jumlah Lembar Saham

Cari perusahaan yang memiliki EPS yang bertumbuh dari waktu ke waktu (tren positif). EPS yang meningkat menunjukkan bahwa perusahaan sedang berkembang dengan baik.

Kemungkinan besar penjualan dan labanya meningkat. Sebaliknya, EPS yang menurun menunjukkan penurunan penjualan dan laba.

2. PER (Price to Earning Ratio)

Rasio kedua adalah PER, singkatan dari Price to Earning Ratio, yaitu rasio yang menggambarkan keuntungan sebuah perusahaan dibandingkan dengan harga sahamnya. Rumus untuk menghitung PER adalah:

PER = Harga Saham : Laba per Lembar Saham (EPS)

PER adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang digunakan untuk membeli saham.

Misalnya, saham seharga Rp 100 dengan EPS sebesar Rp 20 per tahun, artinya saham tersebut memiliki PER sebesar: Rp 100 : Rp 20 = 5x.

Artinya jika laba perusahaan tidak bertumbuh atau menyusut, atau tetap Rp 20 per tahun, kita membutuhkan waktu 5 tahun untuk kembali modal. Ada 2 cara menghitung PER:

  1. Trailing PER, yaitu PER yang dihitung berdasarkan EPS tahun lalu.
  2. Forward PER, yaitu PER yang dihitung berdasarkan EPS estimasi di masa mendatang.

Sebuah saham dianggap murah bila PER-nya lebih rendah daripada PER rata-rata di dalam sebuah industri. Misalkan sebuah perusahaan tambang memiliki PER di bawah rata-rata PER industri pertambangan, maka saham tambang tersebut akan dianggap murah.

Alternatifnya, bila kita tidak melihat rata-rata PER industri, sebagai patokan umum, saham dengan PER di bawah 10x dianggap murah, dan saham yang memiliki PER di atas 20x dianggap mahal.

3. PBV (Price to Book Value)

Rasio ketiga adalah PBV, singkatan dari Price to Book Value, rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menilai harga sebuah perusahaan dibandingkan dengan kekayaan bersihnya. Rumus untuk menghitung PBV adalah:

PBV = Harga Saham : Nilai Buku per Lembar Saham (BV)

Misalkan PBV sebesar 2x, artinya harga saham sudah tumbuh sebesar dua kali lipat dibandingkan kekayaan bersih suatu perusahaan.

Umumnya, investor disarankan untuk mencari saham dengan PBV yang lebih rendah daripada rata-rata PBV industri.

PBV yang tinggi bisa jadi disebabkan oleh harga pasar yang sudah terlampau tinggi. PBV rendah sering dijadikan indikator untuk mencari saham yang murah atau undervalued.

4. ROE (Return On Equity)

Rasio keempat adalah ROE, atau kepanjangannya adalah Return On Equity, yaitu rasio perolehan laba bersih yang dibukukan perusahaan dibandingkan dengan total kekayaan bersih yang dimiliki oleh perusahaan. Rumus untuk menghitung ROE adalah:

ROE = Laba Bersih : Kekayaan Bersih

Misalnya, ROE sebesar 10% berarti setiap Rp 100 kekayaan bersih perusahaan yang ditanamkan oleh pemodal dapat memberikan kontribusi laba bersih sebesar Rp 10.

ROE merupakan indikator seberapa efisien sebuah perusahaan dijalankan.

Untuk menilai ROE, ada 2 cara yang dapat digunakan, yaitu:

  1. Bandingkan dengan ROE perusahaan sejenis dalam industri yang sama, atau bisa juga membandingkan dengan rata-rata ROE industri.
  2. Bandingkan ROE perusahaan dari waktu ke waktu (melihat tren-nya), apakah cenderung naik atau turun.

Sebaiknya kedua cara di atas digunakan bersama-sama untuk memperoleh analisis yang lebih lengkap. Carilah saham yang memiliki ROE yang meningkat serta cukup stabil. Angka ROE sebaiknya kalau bisa minimal 10%.

5. DY (Dividend Yield)

Rasio kelima adalah Dividend Yield, yaitu rasio yang menggambarkan seberapa besar pembagian dividen yang dibagikan oleh perusahaan terhadap harga sahamnya di pasar. Rumus untuk menghitung Dividend Yield adalah:

DY = Dividend per Lembar Saham : Harga Saham

Misalnya, jika sebuah perusahaan membagikan dividen per lembar saham sebesar Rp 100, dan harga saham saat ini sebesar Rp 1.000, maka dividend yield-nya adalah sebesar 10%.

Carilah saham yang memiliki dividend yield yang cukup besar karena hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kestabilan laba bersih. Disarankan dividen yield minimal sebesar 3%.

Namun perlu dicatat, tidak semua emiten di Bursa Efek Indonesia membayar dividen. Perusahaan bisa saja pelit dalam membagi dividen asalkan harga sahamnya terus naik, karena keuntungan investasi saham sebetulnya bukan hanya dari dividen, namun juga dari capital gain.

6. DER (Debt to Equity Ratio)

Rasio keenam adalah DER, atau kepanjangannya adalah Debt to Equity Ratio, yaitu rasio jumlah hutang dan kewajiban yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan modal bersihnya. Rumus untuk menghitung DER adalah:

DER = Total Kewajiban (Hutang) : Kekayaan Bersih (Modal Sendiri)

Bila DER < 1, maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki hutang lebih sedikit dibandingkan modal bersihnya.

Sedangkan bila DER > 1, maka perusahaan memiliki risiko keuangan yang besar. Secara umum, investor disarankan untuk mencari saham yang memiliki DER tidak lebih dari 1.

Akhir Kata

Semoga artikel ini bermanfaat, jik ingin belajar saham pemula bisa mulai dari ” Mengenal apa itu saham“. dan terus ikuti sahamtop.com.

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.