Alasan Saham Teknologi USA Naik Saat Pandemi, dan Tips Investasinya!

Kali ini kita akan membahas jenis yang mampu bertahan, beradaptasi, bahkan mendapat keuntungan yang luar biasa dari pandemi. Apa lagi kalau bukan saham teknologi digital! Ada yang sahamnya naik 65%, 100% bahkan 735% di masa pandemik.

Saham Netflix, Youtube, Facebook, Amazon, adalah beberapa diantaranya. Apakah Anda juga tertarik dengan saham-saham ini?

Bukan hanya membicarakan alasan kenapa saham inilah yang paling kuat saat krisis melanda, tapi kita juga membahas bagaimana cara berinvestasi di saham teknologi dengan mudah. Jadi untuk Anda yang tertarik terjun dalam investasi saham teknologi, tetaplah membaca artikel ini sampai selesai ya!

Kondisi Pasar Saham Terkini

Kondisi Pasar Saham Terkini
Sumber gambar : unsplash.com/ Markus Winkler

Sudah lebih dari setahun kita mengalami pandemi covid 19. Anda mungkin masih ingat tahun 2020 lalu, dimana pasar saham di seluruh dunia mengalami koreksi yang sangat dalam karena pandemik ini. Di Indonesia sendiri, IHSG sempat turun sekitar 20% dalam kurun waktu satu minggu saja. Begitupun dengan pasar saham luar negeri, misalnya saja pasar saham Amerika yang tergerus sangat dalam sampai dengan 23% pada Maret 2020.

Lalu bagaimana kabarnya hari ini?

Di lihat dari IHSG per -18 Oktober 2021 yang berada di harga Rp 6658 dimana nilai ini malah sudah sedikit melebihi nilainya di bulan Oktober-Desember 2020 (sebelum pandemik). Apakah ini berarti kalau performa saham-saham Indonesia sebagus itu? Apakah ini berarti bisa di sebut juga kalau IHSG sudah pulih dari koreksi yang terjadi di tahun lalu?

Sebenarnya, kalau kita bandingkan dengan indeks saham luar negeri, sebut saja S&P 500 dan Nasdaq yang kenaikannya luar biasa. Kita mulai dengan S&p 500 dulu ya!

S&P 500 adalah indeks saham yang isinya adalah 500 saham-saham terbesar di Amerika. Saat ini posisi S&P itu sudah jauh di atas posisinya saat sebelum pandemi. Lalu selanjutnya adalah indeks saham Nasdaq (Nasdaq Composite). Isinya adalah saham-saham dari perusahaan teknologi terbesar di dunia. Coba lihat posisi indeks saham ini, Anda bisa melihat kalau posisinya sudah melambung tinggi jauh dari posisi daat sebelum pandemik!

Seberapa besar kenaikannya? 60%!!!

Kok bisa ya saham-saham yang berada dalam indeks ini melesat naik? Padahal sampai saat ini kita juga masih berada dalam situasi pandemik. Pun secara umum, kondisi ekonomi global juga belum begitu pulih seperti halnya sebelum masa pandemik.

Alasan Saham Teknologi Melesat Naik Saat Pandemik

Alasan saham teknologi USA naik saat pandemi
Sumber gambar : unsplash.com/ Christina @ wocintechchat.com

Inilah yang menarik untuk kita bahas. Kenapa saham teknologi di Nasdaq justru melesat naik saat pandemik? Kenapa sih banyak investor yang tertarik dengan saham-saham teknologi?

1. Terbukti Paling Bisa Bertahan dan Beradaptasi

Jawabannya, simple karena perusahaan teknologi digitallah yang terbukti paling mampu bertahan , beradaptasi bahkan di untungkan dalam situasi pandemik. Ditengah pembatasan aktivitas yang sudah lebih dari setahun berlangsung, kita menyaksikan banyak bisnis tutup. Kitapun tidak pernah tahu kapan bisnis-bisnis ini bisa kembali beroperasi dan pulih kembali.

Nah, berbeda dengan industri teknologi digital. Bisnis ini justru di untungkan dengan adanya pembatasan aktifitas yang di berlakukan selama masa pandemik.Mengapa?

Sebab, kondisi inilah yang membuat masyarakat harus cepat beradaptasi dengan gadget, internet, sosial media, e-commerce, ojol dan aplikasi digital lainnya yang dulu mungkin tidak terlalu sering di gunakan. Hal ini membuat kebiasaan masyarakat pun berubah secara drastis, semua orang di haruskan melakukan aktifitasnya secara online. Misalnya saja dari yang awalnya berbelanja langsung ke toko kini memilih berbelanja secara online. Mulai dari makanan, pakaian hingga kebutuhan lainnya.

Kalau Anda bertanya ke orang-orang yang bekerja di start up IT atau pengembangan aplikasi, pada masa pandemik rata-rata justru target usernya meningkat drastis. Kita pun bisa berefleksi, selama setahun terakhir seberapa besar sih kita bergantung kepada teknologi digital? Meeting online, belanja online, menikmati konten digital di Youtube, Netflix atau game online.

2. Profit Peusahaan Teknologi Meningkat

Bukan hanya omzet saja yang naik, tapi perusahaan-perusahaan teknologi memang sudah benar-benarmeraih keuntungan di masa pandemik!

Coba Anda cek, profit atau laba dari perusahaan teknologi seperti Microsoft, Netflix dan sebagainya! Data menunjukan kalau profit atau laba yang sudah berhasil di dapatkan benar-benar tinggi sekali. Banyak perusahaan-perusahaaan teknologi, khususnya yang ada di Amerika yang tidak perlu ‘bakar-bakar uang’ lagi.

Contohnya kita sebut saja Netflix. Di tahun 2020 yang lalu profit mereka mencapai USD 2,7 miliar, naik 30% dari tahun sebelumnya. Jadi wajar saja, kalau saham Netflix naik sebesar 65% sepanjang tahun 2020.

Contoh lain, yaitu Zoom. Di tahun 2020, Zoom tercatat menghasilkan profit sebesar USD 672 juta atau naik 3000% dari tahun sebelumnya. Lalu berapa kenaikan harga sahamnya? Sahamnya naik hingga 735%!

Sebenarnya masih ada banyak sekali contoh perusahaan-perusahaan teknologi digital lainnya yang kenaikannya di masa pandemi bisa membuat kita menganga. Seperti Apple, Amazon, Microsoft, Facebook dan masih banyak lagi. Anda bisa mencari tahu lebih lanjut!

Yuk baca, Cara Beli Saham Amazon Apple Google Facebook

3. Bisnis Teknologi Digital Tidak Bersifat Musiman

Mungkin sebagian dari kita pernah memiliki pertanyaan, “Mungkinkah, bisnis teknogi digital ini bersifat musiman? Sekarang saja sedang ‘happening‘!”

Justru yang membuat saham ini menarik adalah, karena sejauh ini bisnis teknologi digital bukanlah jenis bisnis yang musiman. Apalagi jika kita lihat, arah teknoogi saat ini justru akan berkembang di masa depan bukan sebaliknya. Sehingga bisa di simpulkan kalau bisnis ini pun akan tetap hidup dan cenderung terus bertumbuh.

Kita mungkin bisa membayangkan, apakah orang-orang yang sudah terbiasa dengan teknologi digital di saat pandemik ini langsung meninggalkan teknologi setelah pandemi selesai? Tentu tidak. Sebagian besar orang akan tetap menggunakan teknologi digital karena sudah menjadi bagian dari habit (kebiasaan).

Teknologi ini akan tetap kita gunakan sampai ada pembaharunya yang lebih baik. Bahkan tanpa pandemik, cepat atau lambat digitalisasi dalam gaya hidup akan terjadi. Jadi bisa di bilang, kalau pandemik ini hanya katalisator saja dalam digitalisi yang tidak terhindarkan di masa depan.

Tips Investasi di Saham Teknologi USA

Tips Investasi di Saham Teknologi USA
Sumber gambar : unspash.com/ Chris Li

Sekarang pertanyaannya, apakah investasi saham teknologi USA sudah pasti untung?

Tentu saja tidak. Seperti investasi yang lainnya, selalu ada resiko yang harus kita tanggung. Namun investasi juga bukanlah judi, yang bisa untung karena peruntungan saja. Oleh karena itu yang bisa kita lakukan adalah memanajemen resiko yang ada untuk meminimalisi resiko dan lebih memaksimalkan keuntungan.

Sebelum membeli saham-saham teknologi, yuk simak tips berikut ini!

1. Riset Dulu Saham Teknologi yang Anda minati

Saham-saham dari perusahaan teknologi raksasa seperti Netflix, Amazon, Youtube memang sangat menggiurkan. Pasa Namun Anda tidak boleh sampai melupakan prinsip penting dalam berinvestasi saham : “Beli ketika murah, jual ketika mahal”. Oleh karena itu, perhatikan harga wajar saham tersebut. Jangan lupa pahami laporan keuangan selama 5 tahun terakhir.

2. Cari Tahu Tentang Macam Metode Membeli Saham Luar Negeri

Pembelian saham di Amerika berbeda dengan di Indonesia. Di Indonesia, kita bisa membeli saham dengan satuan Lot atau 100 lembar. Sedangkan di Amerika hanya butuh 1 lembar saja, sudah bisa beli saham.

Walaupun ketentuan pembelian saham di Amerika berbeda dengan di Indonesia, namun tetap saja harga-harga sahamnya tidak bisa di katakan murah. Bahkan saham Amazon harganya USD 3.446,74 atau setara dengan Rp 48.499.500,67 per lembar sahamnya. Nilai yang luar biasa ya!

Tidak terbayang jika ketentuan minimum membeli saham juga 1 Lot seperti di Indonesia. Tapi untungnya tidak demikian. Menariknya lagi ternyata kita bisa membali saham luar negeri secara patungan loh! Beberapa broker memiliki fasilitas ini untuk para nasabahnya.

3. Pilih Broker yang Biaya dan Despositnya Minim

Umumnya, kita tidak bisa langsung membeli saham-saham luar negeri lewat broker yang ada di Indonesia. Sehingga kita harus membuka rekening di broker luar negeri.

Seperti halnya broker lain, biasanya ada biaya-biaya pembelian atau penjualan saham. Begitu juga dengan sekuritas di luar negeri. Sebelum memilih broker, sebaiknya Anda cari tahu berapa biayanya dan minimum deposit. Karena kebanyakan biaya transaksi saham luar negeri dan depositnya cukup besar. Belum lagi, biaya transfer valas jika Anda hendak mengambil uang hasil penjualan saham.

Baca juga, Cepat Untung? Cara Bermain Saham di Bursa Luar Negeri

Cara Membeli Saham S&P 500 dan Nasdaq Pakai Aplikasi Pluang

Lalu apakah bagaimana caranya untuk bisa membeli saham-saham yang ada di indeks S&P 500 dan Nasdaq?

Kita tinggal membuka rekening broker luar negeri. Tapi biasanya persyaratan mendaftarnya cukup ribet dan depositnya juga tidaklah murah.

Nah sekarang, Anda bisa menggunakan aplikasi Pluang untuk bisa membeli saham dari indeks S&P 500 dan juga Nasdaq 100. Untuk Anda yang belum tahu, peluang adalah aplikasi investasi yang memiliki berbagai instrumen. Mulai dari emas, reksadana, saham dalam negeri, dan sekarang sudah bisa memberikan layanan untuk mengakses saham luar negeri juga.

Dengan aplikasi ini, Anda bisa berinvestasi di indeks-indeks ini dengan mata uang Rupiah dan minimum investasi yang terjangkau. Caranya :

  • Download aplikasi Pluang
  • Daftar akun sesuai petunjuk
  • Isi semua data dan dokumen yang di perlukan
  • Pastikan Anda sudah mengisi deposit saldo
  • Masuk ke bagian ‘Indeks Saham Global’ di home page (Anda bisa melihat indeks S&P 500 dan Nasdaq 100)
  • Pilih saham yang ingin di beli, klik order dan tunggu pembelian saham berhasil di proses.

Baca juga, Cara Beli Saham Netflix, Starbucks, Disney di Bursa Amerika

Kesimpulan

Perusahaan teknologi memang belum begitu banyak mewarnai bursa saham di Indonesia. Kalaupun ada saham-saham teknologi digital yang sempat naik, misalnya saja FREN , DCII, ARTO tapi secara bisnis perusahaan-perusahaan ini belum begitu berpengaruh besar dalam gaya hidup masyarakat seperti halnya saham-saham teknologi raksasa di Amrik.

Mungkin inilah alasan kenapa, saham di Indonesia kenaikannya tidak seagresif saham-saham di luar negeri, khususnya bursa Amerika. Perusahaan teknologi USA sudah punya basic customer yang kuat di pasar global. Mau browsing? Kita pakai google. Mau cari gadget canggih? Pakai Apple.

Perusahaan-perusahaan ini bisa di bilang sudah matang dari segi bisnisnya. Kebutuhan masyarakat global dan karakter bisnis yang bukan musiman juga menjadi sebab pandemik mempercepat naiknya bisnis ini. Oleh karena itu sangat wajar mereka bisa bertahan bahkan bisa melesat di tengah pandemik. Itu saja dulu ulasan kali ini, semoga menambah wawasan Anda dalam dunia investasi saham.

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.

Tinggalkan komentar