Pertimbangkan 3 Value Perusahaan Sebelum Membeli Saham

Perkembangan zaman dan pemahaman ekonomi yang lebih baik membuat masyarakat tidak hanya mengandalkan bisnis konvensional dalam mencari penghasilan. Contohnya seperti berdagang yang sudah dikenal sejak masa lampau hingga saat ini.

Karena zaman yang terus berubah dan makin canggih, manusia pun lebih memilih melakukan sebuah bisnis yang tidak harus menjual produk barang atau jasa semata. Manusia mulai mempertimbangkan cara mencari penghasilan yang lebih praktis dan bisa dilakukan di rumah.

Hmm, memangnya ada?

Ada, jawabannya adalah investasi saham.

Melalui investasi saham, Anda bisa ikut mengembangkan bisnis sebuah perusahaan, tapi tanpa perlu terlibat langsung dalam operasionalnya. Jauh lebih praktis bukan? Asalkan perusahaan tetap mendulang untung, Anda juga akan memperoleh dividen dalam besaran tertentu yang dibagikan perusahaan tiap tahun.

Baca juga: Apa Itu Analisa Teknikal dan Analisa Fundamental?

Terdengar sangat menyenangkan memang, tapi bukan berarti investasi saham hanya soal cuan semata. Karena terlepas dari keuntungan yang ditawarkan, investasi saham juga mempunyai risiko cukup besar yang harus dipertimbangkan calon investor.

Memahami Harga dan Nilai Saham Perusahaan

ilustrasi grafik saham
© expatica

Fakta bahwa saham sebagai instrumen keuangan yang menjanjikan peluang untung dan rugi sama-sama besarnya inilah, yang membuat pembelian saham tidak bisa dilakukan secara sembrono. Apalagi kalau Anda seorang investor pemula, ada banyak hal yang harus benar-benar diperhatikan.

Investor yang berhasil meraih status sebagai salah satu orang terkaya di dunia yakni Warren Buffett pernah berkata, “Harga adalah apa yang kalian bayar, sementara nilai adalah apa yang kalian dapat,”

Apa maksudnya?

Semua dikaitkan dengan strategi investasi yang dilakukan Buffett yakni value investing. Sekadar informasi, value investing adalah teknik berinvestasi dengan cara membeli saham saat diskon. Di mana dengan melakukan value investing, Anda tidak hanya fokus pada harga saham yang ditawarkan, tapi mempertimbangkan nilai atau value perusahaan yang bakal didapat.

Memang jika dibandingkan strategi investasi lain, value investing membutuhkan pertimbangan data dan laporan keuangan lebih banyak, tapi konsep investasi ini sukses menjadikan Buffett sebagai investor yang luar biasa sukses. Bahkan kabarnya di masa pandemi Covid-19 baru-baru ini, Buffett baru saja meraup untung Rp600 triliun dari saham Apple!

Sangat menggiurkan sekali, bukan? Tenang, Anda bisa kok menerapkan strategi investasi ala Buffett, asalkan paham value atau nilai-nilai penting apa dalam perusahaan yang harus diterapkan. Seperti apa? Yuk kita bahas satu-persatu dengan jelas, seperti yang diuraikan oleh Melvin Mumpuni dan Rivan Kurniawan berikut ini.

Baca juga: Diprediksi Menguat Tajam, Berikut Saham Saham Pilihan Pekan ini

Pertama, Relative Value

pertimbangan relative value perusahaan
© Freepik

Seperti namanya yang adalah relative value, konsep ini mengajarkan agar investor membandingkan value sebuah perusahaan dengan perusahaan lain yang masih sejenis alias relatif. Contoh yang termudah adalah menilai saham emiten perbankan.

Kebetulan dari jajaran saham blue-chip di Indonesia, emiten perbankan memang masuk di dalamnya seperti BBCA (bank BCA), BBRI (bank BRI) dan BMRI (bank Mandiri). Nah, ketika Anda mempertimbangkan relative value, maka Anda membandingkan kinerja BCA dan Mandiri.

Dengan demikian Anda harus tahu berapa besar revenue alias penghasilan yang diraih BCA dan Mandiri dalam periode yang sama. Selain revenue, investor juga dapat membandingkan profit atau keuntungan bersih sampai pertumbuhan bisnis antara BCA dan Mandiri. Hal-hal inilah yang dinamakan dengan relative value.

Ketika seorang investor melakukan relative value, biasanya rasio keuangan perusahaan adalah senjata utama yang wajib diketahui. Untung saja laporan keuangan emiten-emiten tersebut bisa diakses secara bebas oleh publik di website resmi BEI (Bursa Efek Indonesia) alias IDX (Indonesia Stock Exchange).

Melalui relative value, Anda akan tahu perusahaan mana yang mempunyai kinerja ‘lebih sehat’ dibandingkan kompetitornya. Sehingga ketika harga saham mereka mendadak janggal tapi punya value lebih baik, itulah saatnya seorang investor melakukan pembelian saham.

Kedua, Absolute Value

pertimbangan absolute value perusahaan
© deszone

Dalam absolute value, kuncinya adalah bagaimana seorang investor mengetahui berapa sih nilai alias value sebenarnya dari sebuah perusahaan. Hal ini sangat penting karena dalam value investing, harga bukanlah patokan utama. Karena justru value perusahaan memegang kendali utama saat seorang investor hendak membeli saham atau tidak.

Melalui absolute value ini pula, investor akan tahu berapa sih harga asli atau harga wajar saham emiten setelah memahami nilai asli dari perusahaan tersebut. Bagaimana agar tahu besaran absolute value? Diperlukan intrinsik value.

Contoh yang termudah adalah misalkan harga saham BBCA sebesar seribu rupiah per lembar. Namun ternyata BBCA mempunyai intrinsik value sebesar lima ratus rupiah. Sehingga ketika harga BBCA itu menjadi seribu rupiah di pasaran, maka artinya BBCA lebih tinggi daripada intrinsik value. Jika saham perusahaan lebih tinggi daripada intrinsik value, artinya tengah dalam kondisi kemahalan atau over value.

Baca juga: Bagaimana Strategi Investasi Saham Bagi Pemula? Berikut Langkahnya!

Sementara itu sebaliknya jika saham BBCA justru anjlok menjadi dua ratus rupiah per lembar, maka sedang dalam situasi under value. Bagi seorang value investor, mereka jelas tidak akan membeli saham yang tengah over value dan memilih untuk sabar.

Namun saat saham-saham perusahaan incaran tengah under value, maka itu adalah saat yang tepat berbelanja saham. Kenapa begitu? Karena ketika membeli saham under value, seorang investor akan memperoleh banyak keuntungan dalam hal absolute value seperti diskon dan margin of safety.

Ketiga, Perceive Value

pertimbangan perceive value perusahaan
© neoreach

Berbeda dengan relative value dan absolute value, perceive value merujuk pada nilai yang bersedia dibayarkan investor. Wah, sama dengan harga (price) dong? Memang, cukup mirip.

Hanya saja untuk memprediksi perceive value, tidaklah mudah. Ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan investor seperti qualitative research hingga analisis teknikal, atau analisis fundamental. Dengan begitu, seorang investor akhirnya tahu berapa besaran perceive value sebuah saham perusahaan yang bersedia mereka bayarkan.

Bukan tanpa alasan jika pertimbangan perceive value sangatlah penting dan bikin nyaman. Karena lewat perceive value ini pula, tidak ada lagi yang namanya penyesalan karena membeli saham terlalu mahal atau merasa sudah murah.

Kesimpulan

© pch.vector

Kendati terdengar cukup sederhana, pada dasarnya pertimbangan relative value, absolute value dan perceive value sangatlah penting karena membuat pengalaman berinvestasi lebih nyaman. Hal inilah yang akhirnya membuat strategi value investing masih jadi pilihan terbaik bagi para investor yang memang mendambakan untung besar dalam jangka panjang.

Seorang value investor jelas bukan pribadi yang sembrono dalam berbelanja saham. Mereka tidak akan gila-gilaan dalam menjual atau membeli saham hanya karena pasar saham bergejolak. Mereka justru memilih perusahaan-perusahaan dengan kinerja keuangan sehat, sembari membandingkan dengan perusahaan sejenis.

Baca juga: Jenis Saham Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi di Indonesia

Kemudian setelah itu, membandingkan nilai intrinsik saham emiten incaran dengan harga asli dan besaran harga yang tertera di pasar modal. Jika semua sudah sesuai perhitungan, barulah seorang value investor akan membeli saham perusahaan tersebut. Karena mereka paham betul kalau dalam membeli saham, bukan hanya perusahaan tengah sehat, tapi sedang dalam kondisi under value dan melakukan diskon.

Dengan demikian, ketika saham yang sudah dibeli melalui tiga pertimbangan value di atas mengalami kenaikan di kemudian hari, pastinya bakal meraup keuntungan melimpah. Hal tersebut itulah yang dialami Buffett, di mana saat pandemi Covid-19 banyak investor merugi, justru dirinya menambah pundi-pundi kekayaan di kantongnya.

  • Leverage 1:500
  • Min Deposit : $25
  • 50% Bonus setiap deposit
  • Perlindungan Saldo Negatif
  • Spread mulai 0,7 Pips
  • Platform: Metatrader MT4, MT5
  • Regulasi: IFSA (St. Vincent Grenadines)
  • Copy Trading
  • Akun Islami
  • Kontes !
  • Broker Forex & CFD Teregulasi Internasional
  • Min Deposit $100 ( Akun Standar )
  • Leverage hingga 1:3000
  • Platform Trading MT4,MT5, dan Terminal Trading
  • Bebas Biaya Komisi
  • Bonus $5 untuk pengguna akun baru
  • Tersedia akun Cen, Mikro dan Standar

Disclaimer On.

Pandangan diatas merupakan pandangan dari Sahamtop.com, Kami tidak bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian kamu sebagai investor dalam transaksi. Keputusan tetap ada pada Investor.